Di Balik Kenikmatan Rokok dan Vape : Bahayanya untuk Kesehatan Rongga Mulut

Di Balik Kenikmatan Rokok dan Vape: Bahayanya untuk Kesehatan Rongga Mulut

Oleh: drg. Ayu Fresno Argadianti, Sp. PM | Editor: drg. Hendri Susanto, M.Kes., Ph.D., Sp.PM

Perokok menjadi suatu hal yang cukup sering kita temui sehari-hari di sekitar kita. Meskipun dikategorikan sebagai kebiasaan buruk, jumlah perokok di Indonesia masih tinggi. Bahkan diketahui sebanyak 72,3% laki-laki di Indonesia merokok dan termasuk yang paling tinggi merokok sedunia. Beberapa tahun belakangan, kegiatan merokok ini mengalami sebuah pergeseran dari rokok biasa menjadi rokok elektrik atau yang lebih sering disebut sebagai vape. Banyak yang berpendapat bahwa vape lebih aman dibanding dengan rokok biasa sehingga tidak begitu berbahaya bagi kesehatan. Hm, apa benar begitu ya?

Dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimiawi di mana sekitar 60 di antaranya merupakan suatu karsinogen (zat yang dapat memicu terjadinya kanker). Merokok merupakan salah satu dari beberapa faktor risiko terhadap beberapa penyakit salah satunya kanker. Data penelitian menunjukkan bahwa 60% individu yang menderita kanker mulut adalah perokok, data lain menunjukkan kasus kanker mulut di Kawasan Asia tenggara menunjukkan hampir 90% kasus kanker mulut juga adalah perokok. Peneltian juga membuktikan  bahwa merokok memiliki hubungan kausalitas dengan perkembangan kanker pada berbagai organ, termasuk rongga mulut. Senyawa pada rokok yang bersifat karsinogenik poten diantaranya adalah dari golongan Polycylic Aromatic Hydrocarbons (PAH) seperti benzo(a)pyrene dan nitrosamine spesifik tembakau. Dengan terhirupnya senyawa karsinogen tersebut ketika seseorang merokok, dapat memicu serangkaian mekanisme seperti terjadinya kerusakan DNA secara langsung dan tidak aktifnya gen penekan tumor. Kondisi ini lama-kelamaan akan memicu terjadinya kanker. Kejadian ini diperparah dengan adanya nikotin pada rokok yang menyebabkan seseorang kecanduan sehingga tidak bisa dengan mudah menghentikan kebiasaan merokoknya.

Beberapa efek negatif merokok pada kesehatan rongga mulut yang dapat terjadi adalah:

  • Terjadi pewarnaan coklat kehitaman pada permukaan gigi dan gigi tiruan
  • Peningkatan risiko gigi berlubang
  • Peningkatan risiko penyakit periodontal (gusi/jaringan sekitar gigi)
  • Bau mulut (halitosis)
  • Munculnya perubahan warna pada mukosa mulut (smoker melanosis) dan dapat berupa bercak kemerahan di langit-langit mulut (Stomatitis nikotinik), penebalan jaringan mukosa mulut (smoker karatosis), hingga kerentanan terhadap infeksi jamur pada mukosa mulut (oral kandidiasis)
  • Terjadinya penyakit yang mengarah ke keganasan berupa area putih di mulut (leukoplakia) yang dapat berubah menjadi kanker mulut.
  • Kanker mulut. Jika dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, para perokok memiliki risiko 3 kali lebih tinggi mengalami kanker mulut. Semakin lama seseorag merokok, maka semakin tinggi pula risikonya.

Berdasarkan fenomena terkait rokok tersebut, mulai diperkenalkanlah rokok elektrik pertama kali pada tahun 2003 sebagai alternatif dari merokok. Tapi bukan sebagai produk untuk berhenti merokok. Rokok elektrik ini memiliki berbagai sebutan, antara lain e-cigs, e-hookahs, mods, vape pens, tank systems, dan electronic nicotine delivery systems. Untuk seterusnya dalam artikel ini rokok elektrik akan disebut dengan Vape. Vape juga dikemas dalam berbagai bentuk. Ada yang dibentuk menyerupai seperti rokok biasa (seperti pipa), seperti bolpoin, stik USB dan lainnya. Selain itu vape juga bisa dimodifikasi berisi maupun tanpa nikotin

Gambar: Berbagai bentuk Vape. Sumber: CDC, 2021

Berdasarkan Riskesdas (2018), di Indonesia sekitar 10,6% pengguna vape dengan kelompok usia 10-14 tahun, sebanyak 10,5% berasal dari kelompok usia 15-19 tahun dan 7% pada usia 20-24 tahun. Data dari National Youth Tobacco Survey (NYTS) dari tahun 2011-2018 menyatakan adanya peningkatan penggunaan vape pada murid SMA dari 1,5% menjadi 20,8% (naik lebih dari 13 kali lipat). Dari sebuah survey yang dilakukan, produk-produk ini menarik minat pengguna muda karena memiliki banyak rasa dan sebanyak 81% anak muda yang saat ini menggunakan vape mengaku alasan utama mereka adalah karena rasanya yang beraneka macam. Sejak saat itu, banyak perokok yang berpindah menggunakan vape. Namun sayangnya, tidak sedikit juga vapers (pengguna vape) adalah orang-orang yang tadinya tidak berniat untuk merokok.

Vape bekerja dengan cara memanaskan suatu cairan menjadi uap aerosol. Cairan vape pada umumnya mengandung nikotin, perasa dan bahan kimiawi lainnya yang membantu mengubah cairan tersebut menjadi aerosol. Dalam bentuk aerosol ketika dihirup melalui vape dapat menimbulkan efek negatif pada rongga mulut. Vape secara umum menghasilkan zat kimiawi berbahaya yang lebih sedikit dibanding rokok. Meskipun demikian, bukan berarti vape tidak memiliki dampak berbahaya bagi tubuh. Hingga saat ini masih terus diteliti mengenai efek jangka panjang penggunaan vape terhadap kesehatan.

Kandungan-kandungan pada vape berikut dapat memunculkan dampak buruk pada kesehatan rongga mulut kita, loh.

  • Nikotin dapat menghambat aliran darah di gusi sehingga meningkatkan risiko penyakit jaringan pendukung gigi, kehilangan gigi dan kegagalan implant gigi.
  • Zat perasa yang manis berpotensi bersifat kariogenik (menyebabkan gigi berlubang). Aerosol vape yang mengenai lapisan gigi terbukti 4 kali meningkatkan perlekatan mikroba dan 27% menurunkan kekerasan lapisan gigi dibanding dengan cairan vape tanpa perasa.
  • Propylene glycerol (PG) yang kemudian dipecah menjadi asam asetat, asam laktat, propionaldehid yang dapat menyebabkan mulut kering dan dapat menempel pada permukaan gigi geligi.
  • Vegetable glycerin (VG) juga dapat mengurangi kekerasan lapisan gigi sehingga bakteri penyebab gigi berlubang (Streptococcus mutans) lebih mudah menyebabkan demineralisasi karena gigi menjadi lebih lunak
  • Aerosol vape bersifat sitotoksik terhadap jaringan rongga mulut melalui respon stress oksidatif. Stres oksidatif yang berkepanjangan memiliki risiko memicu terjadinya kanker.
  • Logam berat seperti nikel, timah, kromium, kadmium lebih banyak ditemukan di uap aerosol vape dibanding rokok biasa dapat mempengaruhi epitel gusi, ligament periodontal dan mukosa rongga mulut
  • Alat vape menggunakan baterai lithium yang digunakan untuk memanaskan cairan vape berisiko menyebabkan cedera pada rongga mulut jika terlalu panas dan meledak. Apalagi, selama proses menghirup vape, cairan vape diuapkan dengan cara memanaskan elemen pemanas pada suhu 100 – 300˚ Suhu yang tinggi dapat memfasilitasi perpindahan logam berat seperti nikel, cadmium, kromium dan timah dari coil ke cairan vape.

Wah ternyata tetap harus waspada, loh, ya. Apalagi sebetulnya Vape hingga saat ini belum diakui menjadi alat penghenti kebiasaan merokok karena belum cukup bukti yang merekomendasikan vape. Selalu diingat adanya risiko berkembangnya kanker mulut dari kebiasaan merokok maupun vape, meskipun mekanismenya pada penggunaan vape belum sepenuhnya diketahui.

Referensi:

  1. Abdelmonem, Mohamed & Al-Shalchi, Noor & August, Kirk. (2019). Effect of Vaping on the Oral Cavity. American Journal of Clinical Pathology. 152. S120-S120. 10.1093/ajcp/aqz122.008.
  2. Abro, Brooj & Pervez, Shahid. (2017). Smoking and Oral Cancer. 10.1007/978-3-319-48054-1_4.
  3. Ebersole, J., Samburova, V., Son, Y., Cappelli, D., Demopoulos, C., Capurro, A., Pinto, A., Chrzan, B., Kingsley, K., Howard, K., Clark, N., & Khlystov, A. (2020). Harmful chemicals emitted from electronic cigarettes and potential deleterious effects in the oral cavity. Tobacco induced diseases, 18, 41. https://doi.org/10.18332/tid/116988
  4. Switzerland: FDI World Dental Federation. The Effects of E-cigarettes on Oral Health. https://www.fdiworlddental.org/sites/default/files/2021-07/The%20Effects%20of%20E-cigarettes%20on%20Oral%20Health%20-%20Fact%20Sheet.pdf. Dipublikasi 2021. Diakses 10 April 2023.
  5. National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion (NCCDPHP). Electronic Cigarettes: What’s The Bottom Line? https://www.cdc.gov/tobacco/basic_information/e-cigarettes/pdfs/Electronic-Cigarettes-Infographic-p.pdf. Direview terakhir 12 Juli 2021. Diakses 10 April 2023.
  6. Tobacco and Oral Cancer. https://www.canada.ca/en/health-canada/services/health-concerns/tobacco/legislation/tobacco-product-labelling/smoking-oral-cancer.html
  7. Xiaoge Jiang, Jiaxin Wu, Jiexue Wang, Ruijie Huang. Tobacco and oral squamous cell carcinoma: A review of carcinogenic pathwaysTob. Induc. Dis. 2019;17(April):29
  8. https://ourworldindata.org/smoking#