Osteoporosis adalah penyakit memburuknya kepadatan tulang lebih cepat, dari yang dapat secara alami direstrukturisasi oleh tubuh. Osteoporosis terjadi pada tulang, bukan pada sendinya. Penyakit ini bisa dikatakan lebih bahaya ketimbang kanker. Selain tidak dapat disembuhkan, tergolong penyakit tanpa gejala yang muncul diam-diam alias silent disease. Gaya hidup kaum muda saat ini dapat memicu terjadinya osteoporosis. Merokok, kopi, konsumsi minuman bersoda, dan alkohol adalah contoh beberapa penyebabnya.
Sebagai bentuk edukasi kesehatan bagi masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan, GMC Health Center dan Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan seminar “Osteoporosis, Bagaimana menghadapinya?” pada hari Sabtu, 12 April 2014 di Aula Lantai 2 RS Akademik UGM, Jl. Kabupaten (Ring Road Utara), Kronggahan, Sleman.
Seminar yang dihadiri peserta dari Pegawai di lingkungan Universitas Gadjah Mada dan masyarakat umum ini menghadirkan para pakar ahli, Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD-KR; Retno Pangastuti, DCN, M.Kes; dan Dr. Noor Rahmani, M.Sc dan diadakan secara gratis. Prof.Arif Faisal,Sp.Rad(K), DHSM selaku Direktur Utama RSA UGM dalam pembukaan acara menyampaikan “Seminar ini merupakan wujud keperdulian pada pentingnya pemberdayaan masyarakat untuk mampu mengetahui dan memahami tentang kesehatan tulang yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup”
Dr. Noor Rahmani, M.Sc menjelaskan supaya selalu menjaga kesehatan, baik fisik maupun hati. “Kalau memang sudah terdiagnosa osteoporosis jangan langsung terlarut dalam penyakit itu, tetapi kita harus tetap semangat walaupun dalam keterbatasan, semangat dalam mencari obat dan beraktivas sesuai dengan kemampuan kita”, kata Noor Rahmani.
Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD-KR memaparkan osteoporosis berdampak terhadap penurunan kualitas hidup yang dihubungkan dengan kejadian fraktur osteoporotik. Pencegahan atau pemberian terapi secara dini bertujuan untuk menurunkan resiko kejadian fraktur osteoporotik sehingga akan meningkatkan kualitas hidup penderita osteoporosis. Pemeriksaan marker osteoporosis di dalam serum atau di dalam urine membantu mengarahkan terapi yang lebih baik.
“Sejak usia 50 tahun kemungkinan mengalami patah tulang bagi wanita adalah 40% sedangkan pria 13% dan di Inggris setiap tahun sekitar 250.000 kasus patah tulang karena osteoporosis. Di Asia, 52% perempuan usia di atas 50 tahun memiliki kepadatan tulang yang rendah dan di Indonesia menurut data, setiap orang hanya mengkonsumsi 254 mg kalsium sehari. Kesalahan yang seringkali terjadi adalah terlalu fokus pada bahan makanan sumber kalsium, padahal yang tidak kalah penting adalah memahami bahan makanan apa saja yang menghambat dan membantu penyerapan kalsium”, tambah Retno Pangastuti, DCN, M.Kes.