Okta Haksaica Sulistyo, S.Gz
Gizi merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Penyediaan nutrisi dan asuhan gizi di rumah sakit merupakan bagian integral dari patient centered care. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan kebutuhan nutrisi pasien selama perawatan sesuai dengan perkembangan penyakit. Malnutrisi atau kekurangan gizi sering disebut sebagai dampak komplikasi permasalahan klinis yang terjadi di rumah sakit. Malnutrisi dapat menyebabkan penurunan sistem imun hingga komplikasi penyakit, meningkatkan re-admisi, serta kematian¹. Untuk mencegah hal tersebut, pasien dengan atau berisiko malnutrisi harus diidentifikasi dan diberikan intervensi secara efektif serta efisien. Seorang nutrisionis/ dietisien berkewajiban melakukan proses asuhan gizi rawat inap serta berkolaborasi dengan multidisiplin yang ada selama pasien dirawat².
Asuhan gizi rawat inap merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari mengidentifikasi resiko malnutrisi melalui skrining gizi, melakukan asesmen, menegakkan diagnosis gizi, merencanakan intervensi, serta melakukan monitoring dan evaluasi terkait intervensi yang telah diberikan hingga pemberian konseling ketika pasien selesai dirawat³. Berikut tahapan di dalam asuhan gizi yang dilakukan oleh nutrisionis/ dietisien di rumah sakit:
- Skrining gizi
Merupakan proses mengidentifikasi pasien yang mungkin memiliki resiko atau sudah mengalami malnutrisi ketika masuk rumah sakit. Skrining gizi dilakukan 1×24 jam pertama ketika pasien dirawat dan diulang secara berkala (mingguan) menggunakan alat skrining yang sensitif, spesifik, dan telah divalidasi. Beberapa contoh alat skrining dewasa seperti Malnutrition Screening Tool (MST), Malnutrition Universal Screening Tool (MUST), Mini Nutrition Assestment (MNA), Short Nutrition Assestmen Questionnaire (SNAQ), dan Nutrition Risk Screening (NRS-2002). Sedangkan pada anak-anak, alat skrining yang digunakan diantaranya Screening Tool for the Asesmen of Malnutrition in Pediatrisc (STAMP), Pediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS), Screening Tool for Risk on Nutritional Satatus and Growth (STRONGkids), Pediatric Nutrition Screening Tool (PNST), dll (4). Bilamana didapatkan nilai skrining berisiko malnutrisi, maka dilanjutkan dengan proses asesmen gizi.
- Asesmen gizi
Asesmen gizi dilakukan pada pasien yang teridentifikasi berisiko atau malnutrisi setelah dilakukan skrining gizi. Asesmen dilakukan sebagai langkah untuk mengumpulkan berbagai informasi serta mengidentifikasi pemeriksaan fisik yang berfokus pada nutrisi, sehingga dapat ditentukan permasalahan gizi yang terjadi pada pasien untuk dilakukan intervensi. Terdapat 5 kategori data yang dikumpulkan pada saat kegiatan asesmen yaitu:
- Food/ Nutrition Related History, Asupan makanan pasien merupakan salah satu data yang dikumpulkan pada proses asesmen. Data asupan makanan berupa asupan recall 24 jam ketika pasien tiba di rumah sakit. Hal tersebut untuk mengetahui asupan makan pasien saat masuk dibandingkan dengan kebutuhan yang seharusnya. Kebiasaan makan dan ketersediaan makanan pasien selama di rumah juga dikaji untuk diketahui korelasinya dengan penyakit yang dialami. Data lain yang ditanyakan adalah konsumsi suplemen serta obat-obatan yang rutin dikonsumsi.
- Anthropometric Measurement, Pengukuran antropometri dilakukan untuk menentukan status gizi pasien ketika awal masuk rumah sakit. Beberapa parameter antropometri yang dapat diukur seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, panjang ulna, panjang lutut, serta lingkar kepala pada anak-anak.
- Biochemical Data, Medical Test, and Procedure, Hasil laboratorium merupakan salah satu data yang dikaji ketika dilakukan asesmen pada pasien. Data tersebut meliputi elektrolit, gula darah, profil lipid, analisa gas darah, profil ginjal, dll.
- Nutrition Focused Physical Findings, Salah satu proses penilaian klinis yang dilakukan dengan cara mengevaluasi sistem tubuh, kehilangan otot dan lemak subkutan, kesehatan mulut, rambut, kulit, dan kuku, tanda-tanda terjadinya edema, kemampuan mengunyah dan menelan, kemampuan bernafas, nafsu makan serta faktor-faktor yang memengaruhi.
- Client Hystory, Meliputi riwayat data personal, riwayat kesehatan baik dahulu maupun sekarang, riwayat keluarga, serta riwayat sosial pasien.
- Diagnosis Gizi
Ketika asesmen gizi telah dilakukan, maka nutrisionis/dietisien akan menegakkan diagnosis gizi. Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis yang ditegakkan oleh dokter. Diagnosis gizi merupakan identifikasi dan penegakan suatu masalah gizi yang terjadi pada seorang pasien dan menjadi tanggung jawab nutrisionis/dietisien untuk ditangani. Diagnosis gizi terdiri dari 3 domain yaitu :
- Domain asupan terkait jumlah asupan yang dikonsumsi dibandingkan dengan kebutuhan individu
- Domain klinis terkait problem klinis yang berhubungan dengan medis atau kondisi fisik
- Domain behavior terkait pengetahuan, kepercayaan, lingkungan, ketersediaan pangan, serta keamanan pangan
4. Intervensi
Nutrisionis/dietisien kemudian merencanakan intervensi yang akan diberikan berdasarkan permasalahan yang ditegakkan pada diagnosis gizi. Langkah perencanaan intervensi dimulai dari penetapan terapi diet yang akan diberikan meliputi jenis, bentuk, dan rute pemberian. Kemudian kebutuhan pasien akan dihitung menggunakan data antropometri yang telah diukur dan disesuaikan dengan kondisi penyakit yang dialami. Kebutuhan yang telah dihitung akan diinterpretasikan ke dalam terapi diet yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan urgensi, dampak, dan sumber daya yang tersedia. Selanjutnya pemesanan diet dilakukan kepada Instalasi Gizi untuk dapat diaplikasikan ke dalam menu makanan pasien. Tidak lupa edukasi terkait diet yang diberikan disampaikan kepada pasien dengan kesepakatan tujuan yang ingin dicapai. Kolaborasi antar profesi terkait kebutuhan pasien akan nutrisi turut disampaikan kepada profesi lain, dalam hal ini dokter penanggung jawab pasien (DPJP) maupun perawat yang bertugas.
- Monitoring dan evaluasi
Salah satu bagian penting dalam proses asuhan gizi yaitu monitoring dan evaluasi. Pada proses ini, nutrisionis/dietisien perlu untuk meninjau dan mengukur keberhasilan intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Ketika tujuan/target belum tercapai, maka perlu dilakukan evaluasi atau perubahan intervensi disesuaikan dengan kondisi terkini pasien dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi intervensi sebelumnya. Diharapkan, tujuan/target dapat tercapai sehingga permasalahan nutrisi pasien dapat terselesaikan.
- Konseling gizi
Pada akhir proses asuhan gizi, pasien akan menerima konseling gizi yang akan diberikan oleh nutrisionis/dietisien ketika pasien selesai dirawat. Konseling gizi merupakan suatu proses kolaboratif antara konselor dengan pasien untuk menetapkan modifikasi nutrisi, aktifitas fisik, tujuan, dan rencana implementasi dengan menumbuhkan tanggung jawab pada pasien untuk merawat diri, memperbaiki kondisi yang ada, dan meningkatkan kesehatan. Kegiatan ini berlangsung dengan menggunakan alat bantu berupa leaflet maupun food mode.
Harapannya, malnutrisi yang sering menjadi ancaman di rumah sakit dapat diantisipasi dengan manajemen nutrisi yang baik melalui asuhan gizi rawat inap yang dilakukan oleh nutrisionis/dietisien. Apabila malnutrisi di rumah sakit dapat diantisipasi, maka penyembuhan penyakit dapat berlangsung secara optimal, meminimalkan hari lama rawat, menurunkan sumber daya yang dibutuhkan untuk menangani komplikasi, sehingga berkontribusi dalam menurunkan biaya perawatan (6).
Daftar Pustaka
- Yinusa G, et al. Multidisciplinary Provision of Food and Nutritional Care to Hospitalized Adult In-Patients: A Scoping Review. Journal of Multidisciplinary Healthcare. 2020 : 14 : 459-491
- Volkert D, Beck AM, Cederholm T, et al. Management of Malnutrition in Older Patients—Current Approaches, Evidence and Open Questions. J Clin Med. 2019;8(7):974.
- Departemen Kesehatan RI. Pedoman Gizi Rumah Sakit. Jakarta. 2013.
- Kondrup J., Allison S.P., Elia M., Vellas B., Plauth M. ESPEN guidelines for nutrition screening 2002. Nutr. 2003;22:415–421
- Nutrition Care Process Terminology. 2018
- Reber, Emilie et al. Nutrisional Risk Screening and Asesmen. Journal of Clinical Medicine. 2019 : 8(7) : 1065
PENULIS
Nama : Okta Haksaica Sulistyo, S.Gz
Jabatan/ Profesi : Nutrisionis IG : oktahaksaica Email : oktahaksaica@ugm.ac.id
|