Berdasarkan kongres WHO tentang pengobatan tradisional tahun 2008 di Beijing memberikan resolusi agar mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional sesuai kondisi negaranya
masing-masing dan komitmen bangsa Indonesia untuk turut serta berperan aktif dalam MDG (Millenium Developmental Goal) terutama dalam poin kesehatan ibu dan anak, maka mengembangkan potensi budaya tradisional sebagai sarana pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak menjadi cara yang tepat terutama di daerah-daerah terpencil.
Pijat bayi merupakan salah satu kebudayaan tradisional yang paling tua di Indonesia bahkan di dunia. Di negara Cina dan Yunani bahkan ditemukan bukti telah adanya pijat sebagai media terapi kesehatan sejak ribuan tahun yang lalu. Sedangkan di Indonesia, hampir seluruh daerah di Indonesia mempunyai kebiasaan memijatkan bayinya sejak bayi lahir hingga masa kanak-kanak. Pelaku utama pijat bayi tradisional ini adalah dukun bayi yang mendapatkan ketrampilannya secara turun temurun.
Salah satu target pembangunan adalah menciptakan sumber daya manusia yang optimal. Kondisi yang optimal sejak bayi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yang selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Untuk mencapai tumbuh kembang optimal bayi membutuhkan stimulasi asih, asuh dan asah yang optimal dari lingkungannya. Pijat merupakan stimulasi taktil yang memiliki efek fisiologi dan biokimia di dalam tubuh. Stimulasi pijat yang dilakukan oleh ibu terhadap bayi dapat meningkatkan kedekatan ibu dan bayi, meningkatkan berat badan bayi dan dapat menstimulasi produksi air susu ibu. Pemijatan dapat menyebabkan interaksi bayi dengan ibu lebih positif, dan bayi menjadi lebih tenang serta waktu tidur dan bangunnya lebih teratur. Terapi pemijatan dapat mengurangi kegelisahan dan hormon stresspada bayi yang baru lahir. Ketika terapi pemijatan tersebut diberikan oleh ibu bayi, pemijatan tersebut juga membuat ibu bayi merasa merasa lebih nyaman sama seperti pada bayi yang dipijatnya. Pemijatan juga akan menstimulasi nervus vagus yang akan memproduksi enzim gastrin dan insulin sehingga penyerapan saluran cerna lebih baik, lambung lebih cepat kosong, dan bayi akan lebih sering lapar, sehingga bayi akan menyusu lebih sering, dan hasil akhirnya berupa peningkatan berat badan bayi.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pijat bayi secara signifikan dapat menaikkan berat badan bayi preterm jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dasuki (2003) membuktikan bahwa pijat bayi dapat menaikkan berat badan pada bayi umur 4 bulan. Namun penelitian oleh Liaw (2000) memberikan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Serrano, Doren, Wilson (2010) pada bayi cukup bulan usia 2 bulan dan Dewi (2011) pada bayi 4 bulan menunjukkan hasil kenaikan berat badan bayi yang signifikan. Penelitian oleh Dewi (2009) di Kabupaten Bantul Yogyakarta menunjukkan pelaksanaan pijat bayi oleh dukun bayi kurang baik (66,7%), dan tanpa peregangan (100%) bila dibandingkan pedoman pijat bayi.
Komplikasi-komplikasi pijat bayi oleh dukun bayi yang pernah dilaporkan adalah perdarahan intrakranial dan ileus obstruktif. Gerakan-gerakan pijat bayi tradisional oleh dukun bayi terdapat beberapa perbedaan dengan gerakan-gerakan pijat bayi berdasarkan pedoman pijat bayi 2 yaitu pada pedoman pijat bayi tidak terdapat pijatan dibagian kepala bagian parietal maupun occipital, hanya berupa gerakan mengusap halus pada area wajah, dan gerakan pijat pada perut hanya gerakan pijat sesuai anatomi usus besar yang disebut gerakan I LOVE U, dan ini berbeda dengan gerakan pijat oleh beberapa dukun yang terdokumentasi terdapat pemijatan pada daerah kepala dan perut, sehingga dimungkinkan terjadinya beberapa komplikasi.