Oleh: dr. Ranita Parjaman, Sp.T.H.T.B.K.L
Gangguan pendengaran merupakan istilah untuk kondisi dimana seseorang tidak dapat mendengar sebaik orang dengan pendengaran normal, dimana ambang pendengaran normal adalah minimal 25dB pada kedua telinga. Gangguan ini dapat bersifat ringan, sedang, berat dan sangat berat tergantung pada besar penurunan ambang dengar yang dialami.
Gangguan pendengaran terjadi ketika terdapat sesuatu yang mengganggu sistem pendengaran baik pada bagian telinga luar, telinga tengah ataupun telinga dalam. Penyebab utama gangguan pendengaran meliputi gangguan pendengaran bawaan atau sejak lahir, infeksi telinga tengah kronis, kebisingan, proses degenerasi akibat penuaan dan obat obatan ototoksik yang merusak telinga bagian dalam.

Gangguan pendengaran merupakan kondisi yang dapat dialami oleh siapapun, mulai dari bayi baru lahir hingga seseorang dengan usia lanjut. Indonesia menempati posisi keempat di Asia dalam hal tingginya angka gangguan pendengaran. Berdasarkan Riskesdas 2018, sekitar 6,1% penduduk Indonesia mengalami masalah pendengaran. Pada tahun 2024 menurut Kementrian Kesehatan bahwa 3 dari 100 anak di Indonesia mengalami gangguan pendengaran. Dampak dari gangguan pendengaran sangat luas, meliputi hilangnya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, keterlambatan perkembangan bahasa pada anak-anak, menyebabkan isolasi sosial, kesepian, frustasi atau bahkan sampai dengan depresi. Kondisi ini jika dibiarkan berlarut maka akan mempengaruhi kemampuan dalam bekerja dan merusak kualitas hidup.
Didasarkan pada penyebabnya, 60% gangguan pendengaran disebabkan oleh sesuatu yang dapat dicegah. Pencegahan dilakukan dengan identifikasi sedini mungkin pada berbagai kelompok usia. Deteksi dini pendengaran yang paling pertama adalah skirining pendengaran bayi baru lahir dan balita. Kemudian skrining pada anak dan usia prasekolah, pada individu yang terpapar bising atau zat kimia yang terus menerus, pada individu yang terpapar obat ototoksik dan terakhir pada individu usia lanjut.
Upaya menjaga kesehatan pendengaran dapat dimulai dari diri sendiri, pertama dengan deteksi dini adanya gangguan pendengaran, Orang tua perlu mengetahui beberapa tanda bahwa kemungkinan seorang anak mengalami gangguan pendengaran, diantaranya
- bayi tidak terkejut dengan suara keras,
- pada usia bayi >6 bulan tidak menoleh mencari sumber suara ketika diberi rangsangan suara,
- Pada usia 1 tahun anak belum bisa mengucapkan kata tunggal seperti “mama”,
- anak mengalami perkembangan bicara yang lebih lambat dari anak seusianya,
- pada anak dengan usia lebih besar akan sering mengatakan “huh” atau meminta mengulang percakapan, meninggikan volume TV, dan sering tidak mengikuti perintah/arahan.
Penting sekali bagi orang tua untuk segera dapat mendeteksi dan memeriksakan ke dokter untuk mencegah gangguan pendengaran yang berkelanjutan.
Kebisingan merupakan penyebab gangguan pendengaran cukup sering. Paparan suara keras menyebabkan kelelahan pada sel sensoris telinga bagian dalam yang menyebabkan gangguan pendengaran sementara dan mungkin disertai telinga berdenging yang biasa disebut dengan “tinnitus”. Apabila suara bising terus didengarkan dalam jangka waktu yang panjang, maka sel sensoris dan struktur lainnya akan rusak secara permanen. Berikut beberapa tips untuk mendengarkan dengan aman: (1) Menjaga volume suara tidak lebih dari 60% dari batas maksimum volume (rata rata <80dB), (2) Menggunakan headphones dengan ukuran yang pas untuk mengurangi kebutuhan volume yang lebih tinggi, (3) Jika berada di tempat yang bising gunakanlah pelindung telinga, (4) Selalu jaga jarak dengan sumber suara keras seperti loudspeaker, suara mesin, (5) Batasi waktu dalam aktifitas yang penuh bising, contoh jika bising yang didengarkan 80dB maka maksimal 40jam/minggu.
Serumen merupakan kotoran yang secara normal disekresi untuk melindungi telinga. Normalnya serumen tidak perlu dilakukan pengambilan kecuali terjadi penumpukan serumen yang menyebabkan gangguan pendengaran, itupun sebaiknya dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih. Selanjutnya hal yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan pendengaran adalah hindari merokok, olahraga teratur dan manajemen yang baik untuk penyakit kronik yang dimiliki (contoh hipertensi, diabetes melitus), tidak mengkonsumsi obat ototoksik dalam jangka panjang tanpa konsultasi dengan dokter. Apabila merasakan keluhan pada telinga sebaiknya segera memeriksakan diri agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Tinjauan Pustaka:
- Tarmizi, S.N., 2023. Gangguan Pendengaran Dapat Dicegah. http://kemkes.go.id
- Weber, P.C., 2023. Evaluation of hearing loss in adult. http://www.uptodate.com
- World health organization. 2025. Deafness and hearing loss. http://who.int/health-topic/hearing-loss.
- https://audiologyisland.com/blog/what-are-the-symptoms-of-hearing-loss/