Oleh: apt. Dini Rahmawati, S. Farm | Editor: apt. Anggraini Citra Ryshang Bathari, M.Clin.Pharm
Apa itu Antibiotik?
Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit infeksi masih menjadi salah satu masalah utama dalam kesehatan masyarakat. Antibiotik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Secara umum, antibiotik berfungsi dengan cara membunuh bakteri atau menghambat perkembangannya.
Apa itu Resistensi Antibiotik?
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional merupakan faktor utama munculnya resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik adalah tantangan kesehatan bagi masyarakat global yang semakin berkembang. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap pengaruh antibiotik. Akibatnya, antibiotik menjadi tidak lagi efektif, bakteri yang sudah resisten dapat terus berkembangbiak sehingga infeksi menjadi lebih sulit atau bahkan tidak bisa diobati. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit, komplikasi berat, dan kematian. Resistensi antibiotik dapat menjadi ancaman bagi kesehatan dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, resistensi antibiotik menjadi masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dalam hal terbatasnya pilihan pengobatan, tetapi juga karena beban ekonomi yang ditimbulkan.
Penyebab Resistensi Antibiotik: Penggunaan Antibiotik yang Tidak Bijak
Salah satu penyebab utama resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang tidak bijak. Beberapa contoh penggunaan antibiotik yang tidak bijak, antara lain:
- Penggunaan Antibiotik yang Tidak Sesuai dengan Jenis Infeksi. Antibiotik sering digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus, seperti flu atau pilek. Padahal antibiotik hanya efektif terhadap infeksi bakteri, bukan virus. Penggunaan antibiotik seperti ini selain tidak membantu penyembuhan, juga dapat memberi peluang bagi bakteri yang resisten untuk berkembang.
- Penghentian Pengobatan Antibiotik Sebelum Tuntas. Antibiotik membutuhkan waktu untuk dapat membunuh bakteri secara tuntas. Namun banyak orang menghentikan pemakaian antibiotik karena merasa lebih baik, sebelum pengobatan antibiotik selesai. Hal ini menyebabkan bakteri yang belum sepenuhnya dibunuh dapat berkembang menjadi jenis yang resisten. Beberapa bakteri yang tersisa bisa menjadi lebih kuat dan kebal terhadap antibiotik.
- Penggunaan Dosis yang Tidak Tepat. Penggunaan dosis antibiotik yang kurang maupun frekuensi pemberian yang tidak tepat dapat memberikan kesempatan bagi bakteri untuk bertahan hidup dan beradaptasi. Sehingga dapat berkembang menjadi bakteri yang lebih resisten terhadap obat tersebut.
- Penggunaan Antibiotik dalam Lingkungan Peternakan dan Pertanian. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dalam lingkungan peternakan dan pertanian dapat menyebabkan bakteri yang resisten berkembang di dalam tubuh ternak dan hasil pertanian. Hewan penghasil pangan mampu menyebarkan bakteri yang bersifat resisten terhadap antibiotik melalui feses yang kemudian dapat bermigrasi di lingkungan sekitar. Selain itu, bakteri ini dapat berpindah ke manusia melalui konsumsi daging atau kontak dengan produk hewan yang terkontaminasi.
- Penyebaran Bakteri Resisten. Ketika antibiotik digunakan secara berlebihan atau tidak tepat, bakteri yang resisten dapat berkembang dan menyebar ke individu lain atau lingkungan sekitarnya, melalui kontak langsung, atau melalui air, makanan, atau benda yang terkontaminasi.
Cara Menggunakan Antibiotik dengan Bijak
Penggunakan antibiotik secara bijak sangat penting untuk menghindari risiko resistensi antibiotik. Berikut ini beberapa cara menggunakan antibiotik dengan bijak:
- Gunakanlah antibiotik hanya bila diresepkan oleh dokter dan jangan membeli antibiotik sendiri tanpa resep dokter.
- Jangan hentikan konsumsi antibiotik hanya karena sudah merasa lebih baik atau sudah merasa tidak ada keluhan, gunakanlah antibiotik sesuai aturan pakai dan patuhilah durasi atau lama penggunaan antibiotik sesuai resep dokter
- Jangan memberikan atau menyarankan antibiotik kepada orang lain, karena jenis infeksi dan kondisi tubuh seorang individu dengan yang lainnya belum tentu sama.
- Jika Anda memiliki sisa antibiotik dari resep sebelumnya, jangan simpan untuk digunakan kembali saat merasa sakit. Gejala yang serupa bisa disebabkan oleh infeksi yang berbeda.
- Jika mendapatkan resep antibiotik oleh dokter, tanyakan mengenai informasi obat kepada apoteker terkait cara pemakaian, efek samping, dan pantangan yang perlu diperhatikan selama pengobatan.
Mari bersama-sama lawan resistensi antibiotik! Gunakanlah antibiotik dengan bijak. Pastikan hanya menggunakan antibiotik sesuai dengan resep dokter, patuhi aturan pakainya, dan hindari berbagi atau menyimpan antibiotik di rumah. Selalu jaga kebersihan, seperti mencuci tangan dengan baik dan menghindari kontak langsung dengan orang sakit, karena mencegah infeksi lebih baik daripada mengobati. Langkah kecil yang kita lakukan akan membantu melawan resistensi antibiotik, menjaga kesehatan kita, serta melindungi generasi mendatang dari ancaman infeksi yang sulit diobati. Sekarang saatnya, dimulai dari kita, edukasi untuk sesama, untuk masa depan yang lebih sehat!
Sumber:
World Health Organization. (2024). World AMR Awareness Week 2024: Educate. Advocate. Act now. Diakses pada 14 November 2024 dari https://www.who.int/campaigns/world-amr-awareness-week/2024
Muntasir, D. apt., Abdulkadir, W. S., Harun, A. I., Tenda, P. E., Makkasau, D. Ns., Muliyadi, A., Saksosno, R. Y., Fernandez, S., & Wonga, T. M. (2022). Antibiotik dan resistensi antibiotik. Rizmedia Pustaka Indonesia.
Nolte O. (2014). Antimicrobial resistance in the 21st century: a multifaceted challenge. Protein and peptide letters, 21(4), 330–335. https://doi.org/10.2174/09298665113206660106
Ayana, H., Sileshi, T., Bule, M. H., & Chaka, E. E. (2021). Non-Prescription Antibiotics Use and Associated Factors Among Drug Retail Outlets in Ambo, Ethiopia: A Cross-Sectional Study. Patient preference and adherence, 15, 2739–2747. https://doi.org/10.2147/PPA.S337364
https://www.who.int/campaigns/world-amr-awareness-week/2024
Putra, A. R. S., Effendi, M. H., Koesdarto, S., Suwarno, Tyasningsih, W., & Soelih Estoepangestie, A. T. (2019). Identifikasi bakteri Escherichia coli penghasil extended spectrum β-lactamase dari swab rektal sapi perah menggunakan metode VITEK-2 di KUD Tani Wilis Sendang Kabupaten Tulungagung. Journal of Basic Medicine Veterinary, 8(2), 108-114.