Oleh: dr. Samalalita Rahmatina | Editor: dr. Muhammad Tsani Arsyad, M.Med., Sp. A.
Wabah campak saat ini sedang menjadi perhatian serius di Indonesia. Tercatat hingga bulan Agustus total kasus campak yang terkonfirmasi di Indonesia pada tahun 2025 mencapai 3.444 kasus. Sebelumnya, ramai diperbincangkan KLB campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur dimana terdapat 159 kasus terkonfirmasi positif campak dan 17 kasus di antaranya meninggal. Sebagian besar kasus meninggal (15 kasus) belum pernah mendapatkan imunisasi. Pemerintah bersama badan dan otoritas terkait sedang melakukan penanggulangan dengan melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) atau Imunisasi Respon terhadap Wabah serentak di kabupaten Sumenep bagi anak usia 9 bulan hingga 6 tahun, dimulai dari 25 Agustus 2025 hingga akhir September 2025.

Mari kita mengenal dahulu apa itu penyakit campak? Campak (measles, rubeola) atau lebih sering dikenal dengan istilah gabaken dalam bahasa Jawa merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak (Morbilivirus). Penyakit ini sangat infeksius, satu orang yang terinfeksi dapat menularkan virus ke 12 hingga 18 orang, lebih menular dibandingkan influenza maupun COVID-19. Penyakit ini ditularkan melalui droplet yang dapat tersebar melalui batuk atau bersin.
Campak biasanya ditandai dengan demam tinggi terus menerus (>38,5°C) disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya, seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam akan timbul ruam kulit, disertai kenaikan suhu lebih tinggi dari semula dapat disertai kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat dapat bertambah parah sehingga anak mengalami sesak napas atau dehidrasi. Penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi telinga, infeksi paru (pneumonia), diare, dehidrasi, hingga infeksi otak (ensefalitis) yang dapat menyebabkan kematian. Komplikasi terutama terjadi pada anak dengan gizi buruk, berusia lebih kecil, atau belum mendapatkan imunisasi lengkap.
Dilansir oleh Harian Kompas, menurunnya cakupan vaksin dicurigai merupakan penyebab merebaknya penyakit campak. Direktur Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine, menyebutkan cakupan imunisasi rutin lengkap di Indonesia pernah mencapai 92% pada 2018, namun turun menjadi hanya 87,8% pada 2023. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyampaikan, cakupan imunisasi belum optimal karena masyarakat masih enggan mengimunisasikan anaknya. Hal ini membuat banyak anak tidak terlindungi dari penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi, seperti campak. Harian BBC Indonesia mencoba menginvestigasi penyebab orang tua enggan melakukan imunisasi kepada buah hatinya. Tidak bisa melakukan imunisasi karena karantina pandemi COVID-19, takut terhadap efek samping vaksin, hingga isu palsu keagamaan seperti vaksin itu haram diutarakan oleh orang tua anak. Hal tersebut menunjukkan perlunya edukasi lebih lanjut kepada masyarakat untuk meluruskan persepsi-persepsi yang tidak sesuai.
Kemudian bagaimana cara kita mencegah menyebarnya campak? Pencegahan campak terfokus pada pemberian vaksinasi yang efektif dan aman:
- Vaksin campak diberikan dalam bentuk kombinasi MR (Measles dan Rubella), yang disarankan diberikan dua dosis. Dosis pertama diberikan mulai umur 9-12 bulan. Dosis kedua dapat diberikan dalam bentuk kombinasi MR atau MMR (Mumps, Measles, dan Rubella) pada umur 15-18 bulan atau sesuai jadwal nasional.
- Bila terjadi wabah atau risiko perjalanan ke wilayah endemik, vaksinasi dapat dipercepat mulai umur 6 bulan.
- Herd immunity (kekebalan kelompok) sangat penting untuk mencegah penyebaran campak dengan target cakupan vaksinasi minimal 93-95%.
- Pasien yang diduga campak harus segera diisolasi untuk menghindari penularan lebih luas.
- Keluarga dan kontak penderita yang belum imunisasi direkomendasikan untuk menjalani vaksinasi pasca paparan (post-exposure prophylaxis) dalam 72 jam.
- Penggunaan masker dan menjaga kebersihan tangan juga membantu mencegah penularan.
Pengobatan campak sendiri umumnya bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan apabila terdapat infeksi sekunder, anti-kejang bila terjadi kejang, dan pemberian vitamin A. Bila terdapat tanda bahaya seperti: demam sangat tinggi (suhu >39.0°C), tanda dehidrasi (anak lemas, mata tampak cowong, mukosa bibir kering, kencing berkurang/tidak kencing), kejang, sulit makan minum, dan atau adanya komplikasi seperti yang tercantum di atas, maka anak harus segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat terdekat.
Dengan pelaksanaan imunisasi yang konsisten dan pencegahan lain seperti isolasi dan kebersihan, masyarakat dapat melindungi diri dan melindungi anak-anak dari risiko wabah campak yang bisa berakibat fatal.
Referensi:
- Airlangga, B. (2014) Kenali 7 Gejala Campak : Foto Okezone Infografis, https://infografis.okezone.com/. Available at: https://infografis.okezone.com/detail/778692/kenali-7-gejala-campak (Accessed: 04 September 2025).
- Arlinta, D. (2025) KLB Campak Meluas di 42 Wilayah, Terbaru di Jakarta Dan Tangerang, id. Available at: https://www.kompas.id/artikel/klb-campak-meluas-di-42-wilayah-terbaru-di-jakarta-dan-tangerang (Accessed: 04 September 2025).
- Chacko, S. et al. (2023) ‘Progress toward measles and rubella elimination — Indonesia, 2013–2022’, Morbidity and Mortality Weekly Report, 72(42), pp. 1134–1139. doi:10.15585/mmwr.mm7242a2.
- Guerra, F.M. et al. (2017) ‘The basic reproduction number (R 0 ) of measles: A systematic review’, The Lancet Infectious Diseases, 17(12). doi:10.1016/s1473-3099(17)30307-9.
- IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA, I. (2009) ‘Campak’, in Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. DKI Jakarta, Indonesia: Ikatan Dokter Anak Indonesia, pp. 33–35.
- Kondamudi, N.P. (2025) Measles, StatPearls [Internet]. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448068/ (Accessed: 04 September 2025).
- Muhawarman, A. (2025) KLB Campak Meningkat, Kemenkes Ingatkan Pentingnya Imunisasi lengkap, Kementerian Kesehatan Indonesia. Available at: https://kemkes.go.id/id/klb-campak-meningkat-kemenkes-ingatkan-pentingnya-imunisasi-lengkap (Accessed: 04 September 2025).
- Mustofa, A. (2025) KLB Campak: Wabah Campak di Sumenep Renggut Nyawa 12 Anak, Apa Penyebabnya?, BBC News Indonesia. Available at: https://www.bbc.com/indonesia/articles/cvgn3y9m4nxo (Accessed: 04 September 2025).