oleh: dr. Guritno Adistyawan, Sp.KFR
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RS Akademik UGM
Pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan kondisi sakit, penyakit, atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal. Tujuan dari adanya pelayanan rehabilitasi medik di rumah sakit ini adalah :
- Agar dapat mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui intervensi medik, keterapian fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait.
- Mencegah komplikasi tirah baring dan atau penyakitnya yang mungkin membawa dampak kecacatan.
- Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan partisipasi pada difabel.
- Mempertahankan kualitas hidup atau mengupayakan kehidupan yang berkualitas.
Pelayanan rehabilitasi medik ini melibatkan beberapa tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medik sebagai koordinator, fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan ortotis prostesis.
Rumah SakitĀ Akademik UGM saat ini memilikiĀ satu dokter spesialis rehabilitasi medik, 3 tenaga fisioterapis, 1 okupasi terapis, 1 terapi wicara, dan 1 ortotik prostetis.
Pasien yang datang ke bagian rehabilitasi medik akan dilakukan pemeriksaan/penilaian/assesmen oleh dokter spesialis rehabilitasi medik untuk menegakkan diagnosis medik dan fungsional, menegakkan prognosis, mengarahkan/menetapkan dan mengevaluasi program terapi yang dibutuhkan.
Pelayanan Fisioterapi
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapeutik, dan mekanis). Sebagai contoh : pasien dengan diagnosis cerebral palsy dengan kelemahan otot, akan dilakukan stimulasi motorik dan sensorik agar terjadi peningkatan kekuatan otot.
Pelayanan Okupasi Terapi
Okupasi terapi adalah pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas sehari-hari, produktifitas, dan waktu luang melalui remediasi, stimulasi dan fasilitasi. Sebagai contoh : pasien dengan diagnosis rematoid artritis dengan gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, akan dilatih cara menggunakan peralatan sehari-hari, serta menggunakan alat bantu yang tidak membebani sendi. Tujuan dari program okupasi terapi ini, agar pasien dengan kondisi disabilitas tetap dapat mandiri.
Pelayanan Terapi Wicara
Terapi wicara adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi. Sebagai contoh : pasien stroke dengan gangguan artikulasi/pelo, akan dilatih meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot-otot lidah agar dapat bicara dengan lancar.
Pelayanan Ortotik Prostetik
Merupakan salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada individu untuk merancang, membuat, dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak. Protesis berhubungan dengan penggantian bagian tubuh yang hilang, sedangkan ortosis berkaitan dengan support bagian tubuh yang lemah. Sebagai contoh : pasien dengan amputasi kaki, akan dibuatkan kaki palsu yang fungsional sesuai kondisi pasien. Pasien dengan osteoartritis lutut akan dibuatkan alat bantu supportif untuk mengurangi beban pada lutut.
“INSTALASI RAWAT JALAN”
RS AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
Jl. Kabupaten (Ring Road Utara), Kronggahan, Sleman, Yogyakarta
Pendaftaran Rawat Jalan dan Poliklinik Perjanjian Telp. 0274-4530404
(Senin-Kamis pkl 07.00-12.00 WIB, Jumat-Sabtu pkl 07.00-11.00 WIB)
Selamat siang..ingin tanya..kalau biaya untuk okupasi terapi dan terapi wicara berapa ya?. Trima kasih
Tarif terapi wicara rawat jalan:
Terapi wicara anak = 36.500
Terapi wicara dewasa = 37.500
Stimulasi oral facial = 25.000
terapi okupasi kisaran 35rb mpe 50ribu per 30 mnt
Lama dan jenis terapi disesuaikan dengan kebutuhan pasien berdasar kondisi/diagnosis