Bulan suci Ramadhan adalah waktu yang ditunggu-tunggu umat muslim untuk meningkatkan amal ibadahnya, khususnya ibadah puasa. Saat kita menjalankan ibadah puasa, seringkali kita menghadapi permasalahan dengan rongga mulut kita yaitu bau mulut. Bau mulut memang bukanlah masalah penting tetapi bau mulut yang tak sedap disaat puasa sering dapat mempengaruhi aktivitas keseharian, bahkan bisa membuat orang lain yang menjadi tidak nyaman ketika berinteraksi dengan kita. Dan akibatnya, kita menjadi tidak percaya diri untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Bau mulut atau yang dalam istilah medis disebut halitosis, yang timbul pada saat kita berpuasa dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (1) kurang terjaganya kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Pada pasien yang oral higienenya buruk cenderung terjadi pembusukan sisa-sisa makanan yang menumpuk di sela-sela gigi oleh bakteri yang ada di dalam rongga mulut. Keadaan ini akan bertambah parah pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk membentuk kalkulus dengan cepat. (2) Di dalam mulut kita juga terdapat banyak bakteri yang dapat mengubah sisa-sisa makanan menjadi gas sulfur yang menyebabkan bau mulut. (3) Ketika berpuasa maka produksi saliva akan berkurang, akibatnya bakteri berkembang biak dengan cepat, sehingga akan muncul bau tidak sedap dimulut. (4) Penyebab lainnya juga bisa terjadi karena datang dari dalam tubuh, biasanya terjadi pada mereka yang mengidap penyakit sisitemik yang dapat bermanifestasi bau di mulut.
Pada pasien yang menggunakan alat ortodontik cekat kemungkinan terjadinya bau mulut akan semakin besar, dikarenakan di dalam rongga mulut terdapat komponen alat ortodontik cekat seperti braket, kawat busur, buccal tube, dan karet power O yang semua berpotensi menyebabkan terjebaknya sisa makanan. Komponen alat ortodontik juga membatasi aksi mekanis sikat gigi untuk menghilangkan plak, sehingga menyulitkan pasien ortodontik untuk membersihkan giginya terutama area dari setiap gigi di antara braket dan margin gingiva. Daerah permukaan gigi di sekitar braket dan sulcus gingiva di bawah braket cenderung menjadi tempat akumulasi bakteri oral. Menurut penelitian, pasien ortondontik mengalami peningkatan plak gigi 3 kali dibandingkan pasien yang tidak dirawat ortodontik. Meningkatnya jumlah plak gigi pada pasien ortodontik akan menjadi masalah, karena plak gigi merupakan media yang paling potensial untuk tumbuhnya bakteri di rongga mulut. Peningkatan jumlah bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit jaringan periodontal seperti radang gusi (gingivitis), perbesaran gingiva (hiperplasi gingiva) dan radang periodontal (periodontitis).
Gingivitis, hiperlpasi gingiva dan periodontitis adalah penyakit inflamasi yang paling umum terjadi dan memicu terjadinya halitosis disebabkan bakteri gram negatif yang tersembunyi di dalam jaringan periodontal yang sakit dan menimbulkan gas yang bau. Selain karena pembusukan sisa-sisa makanan yang terperangkap di dalam poket, pada kondisi saliva yang berkurang saat berpuasa dapat mempercepat pembusukan sehingga menambah parah bau mulut individu.
Untuk itu pasien yang menjalani perawatan ortodontik cekat perlu memperhatikan cara menjaga kebersihan mulutnya sehingga potensi bau mulut selama berpuasa dapat dihindari. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bau mulut adalah :
- Menyikat Gigi
Setelah sahur, sikatlah gigi dengan bulu sikat yang lembut dan kepala sikat yang kecil. Sebaiknya mengunakan sikat gigi ortodontik yang sekarang sudah banyak tersedia dengan berbagai pilihan seperti ; sikat gigi ortodontik (bi-level brushes) dengan bulu sikat yang lebih tinggi di tepi dan lebih rendah di tengah, sikat gigi interdental dan sikat gigi ortodontik untuk travelling. Hindarkan pemakaian bulu sikat yang kasar karena bulu sikat yang kasar dapat menyebabkan resesi gingiva.
- Menggunakan Dental Floos
Selama ini pasien ortodontik pasti mengira sulit untuk menggunakan dental floss karena akan terhalangi kawat busur dan braket, tetapi saat ini sudah tersedia produk dental floss threaders yang dapat menjangkau ruang antara kawat busur dan margin gingiva, sehingga sisa makanan yang terselip di interdental dapat dibersihkan. Penggunaan dental floss ini bisa ditanyakan ke dokter gigi saat kunjungan Anda berikutnya.
- Membersihkan Lidah
Setelah menggosok gigi, lidah juga perlu dibersihkan dengan cara menyikat lidah menggunakan sikat gigi atau alat khusus pembersih lidah (tongue scrapper). Permukaan lidah disikat dengan lembut dan perlahan agar lidah tidak luka. Sambil lidah dijulurkan ke depan, tempatkan tongue scrapper sejauh mungkin ke belakang lidah, selama masih tahan, sambil ditarik ke depan dan ke bawah dengan tekanan ringan.
- Penggunaan Obat Kumur
Pada saat berpuasa pemakaian obat kumur dapat digunakan cukup sekali sehari sebelum tidur karena obat kumur memberikan efek antibakteri selama tidur saat aktivitas bakteri penyebab bau mulut meningkat. Sebaiknya pilihlah obat kumur yang tidak mengandung alkohol. Penggunaan tidak perlu terlalu berlebihan, kurang lebih 10-15 ml sudah cukup untuk membasahi seluruh permukaan mulut. Kumur sekurang-kurangnya 1-2 menit.
- Menjaga Makanan
Pada saat sahur pilihlah makanan segar berserat seperti sayuran dan mempunyai konsistensi kasar yang dapat membantu membersihkan dorsum lidah serta hindari makanan yang menimbulkan bau menyengat seperti jengkol, petai, bawang merah dan putih karena menyebabkan bau mulut. Selain itu hindari juga konsumsi makanan yang lengket pada gigi dan braket seperti biskuit, coklat, es krim dan kue basah lainnya. Makanan lengket ini akan lebih sulit untuk dibersihkan, ditambah akan menempel pada gigi dan braket dalam waktu lama sehingga menyebabkan bau mulut. Di akhir sahur sebaiknya meminum air putih karena meminum air putih akan meningkatkan produksi saliva (air liur), sehingga mulut terjaga kebersihannya dan dapat mencegah bau mulut di siang hari.
- Pemeriksaan ke Dokter Gigi
Pada awal puasa sebaiknya sempatkan melakukan kunjungan ke dokter gigi untuk memeriksakan alat ortodontiknya. Dokter gigi akan melakukan pembersihan alat ortodontik dengan brushing dan polishing, mengganti karet power O, mengganti kawat jika diperlukan, membersihkan karang gigi apabila dijumpai kalkulus di sekitar braket ataupun di sulcus gingiva, melakukan penambalan jika ada karies gigi dan melakukan treatment dan medikasi jika terdapat gingivitis, hiperplasi gingiva, poket periodontal atau periodontitis.
- Rujukan
Jika kecurigaan penyebab di dalam mulut sudah diatasi, tetapi halitosis masih ada, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan masalah gigi dan mulut seperti penyakit sistemik. Dalam hal ini, dokter gigi akan merujuk pasien ke dokter spesialis yang berkompeten untuk menanganinya.
Itulah beberapa tips mengatasi bau mulut tak sedap saat puasa yang dapat dilakukan khususnya oleh pasien yang memakai alat ortodontik, semoga cara tersebut di atas tidak mengurangi pahala kita di bulan puasa khususnya yang berkaitan dengan bau mulut. Meskipun ada ungkapan bau mulut orang puasa (di hadapan Allah SWT) jauh lebih wangi dari minyak kasturi, namun apabila bau mulut dapat kita cegah maka kita akan lebih percaya diri saat berinteraksi dengan orang lain, terutama saat kita mengobrol dan berbincang-bincang dengan teman atau rekan kita.
Dr. drg. Andi Triawan, Sp.Ort.
Dokter Gigi Spesialis Ortodonsi Rumah Sakit UGM