Kehidupan modern dewasa ini cenderung menuntut individu berperilaku serba ‘cepat’ dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan material. Berbagai tekanan hidup yang terus meningkat memaksa individu berperilaku serba ‘cepat’. Di satu sisi hal ini dapat membentuk potensi diri menjadi pribadi yang kuat karena bertahan dan dapat mengatasi tantangan hidup tapi di sisi lain menimbulkan stressor psikososial dalam kesehatan jiwa dalam masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku masyarakat yang pemarah, pendendam, rakus, serakah, mudah putus asa, pemalas, hilangnya rasa malu dan sebagainya. Sebagian besar dari mereka yang mengalami tidak menyadari dirinya mengalami gangguan mental, sehingga tidak berupaya untuk memperbaiki diri dan mengatasinya. Gangguan jiwa / mental dapat berakar dari tidak terpenuhinya kebutuhan psikis dasar yang berasal dari ciri keberadaan manusia yang harus dipuaskan. Gangguan jiwa berpengaruh erat pada kondisi fisik seseorang. Mental yang sehat adalah individu yang mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, lingkungan dan mampu menghadapi problem-problem hidup serta dapat berkontribusi dalam lingkungannya.
Berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga unsur yaitu Id, Ego dan Superego. Id adalah aspek kepribadian perilaku naluriah dan primitif, bersumber pada prinsip kesenangan untuk pemenuhan kepuasan dari keinginan dan kebutuhan. Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realita dimana tujuan ego adalah menemukan cara yang realistis dalam rangka memuaskan id. Sedangkan Superego adalah kekuatan moral dari individu, menetapkan norma yang memungkinkan ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Ketiga unsur ini harus seimbang pada individu.
Hikmah puasa ditinjau dari aspek kejiwaan yaitu untuk mengendalikan diri. Pengendalian diri tidak terbatas hanya menahan lapar, haus dan amarah saja. Pengendalian diri terhadap segala aspek pemenuhan kebutuhan dan kepuasan semata. Bila pengendalian diri seseorang terganggu akan timbul berbagai reaksi, baik dalam alam fikir, perasaan maupun perilaku. Reaksi yang ditimbulkan tidak hanya bersifat subyektif terhadap diri sendiri tetapi dapat mengganggu orang lain dan lingkungan. Individu yang tidak mampu mengendalikan diri dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan, ia bisa melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan selanjutkan dapat menyebabkan pertengkaran, perkelahian, bahkan membahayakan orang banyak.
Puasa merupakan latihan ajaran moral yang bersumber pada superego individu. Selain itu merupakan pembelajaran, bahwa sesungguhnya manusia untuk mendapatkan suatu kenikmatan yang hakiki, diawali dengan bersabar menjalani penderitaan menahan nafsu dan berusaha dengan sungguh-sungguh dapat menjalani setiap proses untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya. Hikmah terpenting dari puasa adalah memperkuat mental, sehingga dapat menguasai dorongan yang datang dari dalam diri berupa dorongan biologis, maupun kegoncangan emosi yang diakibatkan oleh tidak terpenuhinya dorongan biologis tersebut sehingga mampu mencegah gejala-gejala gangguan mental.
dr. Tika Prasetiawati, Sp.KJ
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Rumah Sakit UGM