Bismillahirahmanirrahim,
Puasa tinggal beberapa hari lagi. Mari kita merenung ke dalam diri sendiri. Akankah kita mencapai pada diri yang suci?
Puasa sebulan merupakan sarana penyucian diri. Banyak nilai hikmah terkandung dalam ibadah puasa, diantaranya adalah nilai disiplin, pengendalian diri, dan kepedulian sosial. Diharapkan ibadah puasa satu bulan yang kita lakukan tidak hanya menuai rasa lapar dan dahaga saja, namun menuai potensi diri tertinggi manusia yaitu menuju fitrah.
Dalam teori stuktur kepribadian dari psikoanalisa, kepribadian manusia terdiri dari Id, Ego dan Superego. Ketiga dimensi ini ada dalam diri manusia dengan kadar yag berbeda-beda. Id berisi insting, dorongan/ hasrat dan bekerja dengan prinsip kenikmatan. Ego bekerja dengan prinsip realita, dan superego berisi nilai dan norma. Dalam teori psikologi transpersonal, struktur kepribadian terdiri dari 3 unsur yaitu lower unconscious, middle unconscious dan higher unconscious. Dimensi lower unconscious (kesadaran rendah) berisi dorongan dan nafsu. Middle unconscious (kesadaran tengah) berisi ingatan, pikiran, perasaan dan kesadaran kita sehari-hari. Di dalam middle unconsius inilah terdapat pusat kesadaran dan kehendak. Dimensi higher unconscious (kesadaran tinggi) adalah tempat bagi kesadaran tertinggi yang berisi potensi, aspirasi, intuisi dan energi spiritual. Pada dimensi inilah letak keterhubungan insan dengan Tuhannya.
Ketiga dimensi ini bersifat permiabel. Diri yang disadari atau middle unconscious dapat naik menuju higher unconscious (kesadaran tinggi) begitupula dapat turun menuju lower unconscious (kesadaran rendah). Itu berarti di dalam diri kita pada suatu waktu dapat didominasi oleh dorongan dan nafsu, begitupun sebaliknya dapat didominasi oleh aspirasi, intuisi dan energi spiritual. Setiap diri manusia perlu menyadari pada posisi manakah struktur kepribadiannya saat ini bekerja? Apakah didominasi area lower unconscious sehingga perilaku, pikiran dan perasaannya didominasi oleh hasrat dan dorongan semata? Ataukah perilaku, pikiran, dan perasaan kita didominasi oleh energi spiritual sehingga kehendak kita melahirkan sikap yang penuh dengan aspirasi dan terkoneksi dengan orang lain, alam semesta dan dimensi spiritual ?
Sebagaimana iman dapat naik dan turun, maka kita perlu menyadari diri kita saat ini apakah berada pada lower unconscious atau berada pada higher unconscious. Naik turunnya kesadaran diri kita adalah proses dinamis dari struktur kepribadian. Menuju pada higher unconscious / kesadaran tertinggi adalah tugas hidup manusia untuk selalu terus mengupayakannya melalui pembersihan diri dan penyucian jiwa sehingga diri yang berada pada tingkat kesadaran rendah/ lower unconscious dapat meningkat menuju dimensi yang berisi energi spiritual.
Puasa adalah jalan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk membersihkan diri dan menyucikan jiwa. Melalui puasa yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan setiap makna yang terkandung dalam perjalanan spiritual yang menyertai ibadahnya diharapkan kita dapat mencapai potensi tertinggi insan yaitu fitrah.
Dalam psikologi transpersonal, tahapan menuju potensi diri tertinggi dapat dicapai dengan sikap yang penuh dengan penerimaan, terbuka, rasa ingin tahu, tidak menghindar, percaya, kebaikan hati, sabar, mengikhlaskan, memberi perhatian dan perasaan belas kasihan (kasih sayang). Perasaan kasih sayang/compassion muncul dalam sikap kepedulian terhadap penderitaan makhluk (baik diri sendiri dan orang lain), dan berkomitmen mendalam untuk meringankan dan mencegahnya. Pada akhir bulan ramadhan, zakat fitrah adalah wujud compassion untuk menuju pada potensi Fitrah.
Pemeliharaan diri untuk selalu berada pada dimensi higher unconscious adalah sebuah perjalanan panjang manusia. Upaya pembersihan diri dan penyucian jwa hendaknya selalu dilakukan berkesinambungan melalui ibadah lainnya terutama melanjutkan ibadah puasa sunnah diluar bulan ramadhan. Sebuah inner journey yang panjang selama nafas masih dapat kita rasakan mengalir ke dalam tubuh kita. Hanya Alloh SWT yang paling mengetahui segala sesuatu.
ALHAMDULILLAH
Melina Dian Kusumadewi, S.Psi., M.A., Psikolog
Psikolog Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada