Oleh: dr. Amalia Najma Millatina | Editor: dr. Ali Baswedan, Sp.PD-KEMD
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi normal. DM menjadi salah satu PTM yang menjadi perhatian karena memiliki prevalensi yang tinggi dan berperan sebagai faktor risiko beberapa penyakit lain serta menyebabkan berbagai disabilitas.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi DM di Indonesia adalah 10,9%. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2018, prevalensi DM pada Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mengalami peningkatan, yaitu menjadi 11,7%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi dari tatalaksana DM di Indonesia, dan diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik kadar glukosa darah melebihi normal yang terjadi karena kelainan produksi insulin, kerja insulin atau keduanya. Terjadinya DM diakibatkan oleh suatu proses yang kompleks dalam tubuh yang melibatkan beberapa organ, yaitu pankreas, sel lemak, otot, hati, otak, lambung, usus halus, usus besar, ginjal, dan sistem imun.
DM dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe berdasarkan penyebabnya, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional (DM pada kehamilan), dan DM tipe lain. DM tipe 1 umumnya dihubungkan dengan terjadinya autoimun atau penyebab lain yang tidak diketahui, sedangkan DM tipe II memiliki variasi penyebab yang lebih luas, yang merupakan kombinasi dari resistensi insulin dan kurangnya jumlah hormon insulin yang dihasilkan. Tipe DM yang paling banyak diderita oleh pasien adalah DM tipe II. Pada artikel ini akan dibahas mengenai DM tipe II.
FAKTOR RISIKO
Terjadinya DM pada seseorang disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Faktor risiko ini dapat dibagi 2 (dua), yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Dengan mengendalikan faktor risiko, individu dapat terhindar dari penyakit DM, terutama DM tipe II. Upaya pencegahan berupa perubahan gaya hidup menjadi intervensi awal bagi semua pasien, terutama pada kelompok dengan risiko tinggi akan menderita DM.
Faktor risiko DM yang dapat diubah, antara lain:
- Berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 23 kg/m2)
- Aktivitas fisik yang kurang
- Hipertensi (Tekanan darah >140/90 mmHg)
- Dislipidemia (HDL <35 mg/dL dan/atau trigliserida >250 mg/dL)
- Diet tidak sehat (tinggi glukosa dan rendah serat)
Faktor risiko DM yang tidak dapat diubah, antara lain faktor keturunan DM dalam keluarga, kelompok ras/etnis tertentu, umur, dan riwayat lahir dengan berat badan <2.500 gram. Khusus untuk wanita, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan >4.000 gram atau riwayat menderita DM gestasional juga menjadi faktor risiko.
TANDA DAN GEJALA
Gejala penyakit diabetes dapat berbeda diantara individu, mulai dari tanpa gejala, mengalami gejala klasik dan dapat disertai gejala terkait komplikasi DM. Gejala yang ringan, terutama pada DM tipe II, sering kali menyebabkan pasien tidak menyadari bahwa dirinya terkena sakit DM sampai dengan munculnya komplikasi.
Keluhan klasik DM antara lain:
- Poliuria, yaitu peningkatan produksi urin dalam tubuh yang akan menyebabkan peningkatan frekuensi kencing pada pasien
- Polidipsia, yaitu rasa haus berlebih
- Polifagia, yaitu rasa lapar berlebih atau nafsu makan yang tetap tinggi meski sudah makan
- Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya
Selain gejala klasik, gejala lain yang sering terjadi adalah badan terasa lemah, kesemutan, kulit gatal, penglihatan kabur, gangguan ereksi pada pria, dan gatal pada kemaluan pada wanita.
KOMPLIKASI
Salah satu alasan yang menyebabkan penyakit DM menjadi perhatian dunia kesehatan adalah komplikasi DM. Komplikasi tersebut terbagi atas komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Mulai dari komplikasi ringan hingga berat yang menimbulkan beban sosial dan finansial bagi pasien, keluarga, maupun masyarakat.
Komplikasi mikrovaskuler ialah komplikasi yang terjadi di pembuluh darah kecil seperti kapiler. Kelainan yang muncul berupa gangguan saraf (neuropati), gangguan ginjal (nefropati) dan gangguan penglihatan sampai terjadi kebutaan (retinopati).
Komplikasi makrovaskuler ialah komplikasi yang terjadi pada pembuluh darah besar seperti vena dan arteri, antara lain serangan jantung, stroke, dan penyakit arteri perifer.
TATALAKSANA
Tujuan tatalaksana pada pasien DM ialah menghilangkan keluhan terkait DM, memperbaiki kualitas hidup dan mencegah serta menghambat terjadinya komplikasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu tatalaksana secara komprehensif, meliputi pengendalian glukosa darah dan faktor risiko. Hal ini bisa tercapai melalui :
- Menjaga Pola Makan. Pengaturan makan sering kali menjadi masalah pada pasien DM. Ada pasien yang tidak peduli dengan pengaturan makan, ada yang sebaliknya, yaitu sangat ketat menjaga makan. Hal ini tidak sesuai dengan Pola Makan bagi pasien DM. Anjuran makan bagi pasien DM ialah makanan gizi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi. Tentu saja masing-masing pasien perlu menyesuaikan kondisinya jika ada penyakit lain. Selain itu, jadwal makan yang teratur, jenis serta kandungan kalori dalam makanan sangat penting menjadi perhatian. Jika kesulitan menentukan jenis serta kandungan kalori makanan, bisa berkonsultasi ke Instalasi Gizi RSA pada jam kerja.
- Olah Raga Teratur. Latihan Fisik merupakan kegiatan yang sangat membantu Tatalaksana DM. Kegiatan tersebut sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5 hari/ minggu selama sekitar 30-45 menit, total 150 menit per minggu. Latihan fisik terbukti menurunkan gula darah yang pada akhirnya mengurangi kebutuhan obat pada pasien DM.
- Tertib Konsumsi Obat. Obat-obatan pada pasien DM berupa obat oral, seperti tablet dan bentuk suntikan (insulin) dengan berbagai cara kerja. Tentunya pemilihan obat yang diberikan Dokter kepada pasien adalah berdasarkan kondisi pasien. Prinsipnya, konsumsi obat-obat tersebut secara rutin dan teratur, sesuai anjuran Dokter. Bila Anda sebagai pasien DM mempunyai masalah tertentu dalam pengobatan, Anda dapat mendiskusikan hal tersebut dengan dokter pilihan Anda di Poliklinik Penyakit Dalam RSA.
REFERENSI
- Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI, 2021 [cited 2024 Nov 14]. Available from: https://pbperkeni.or.id/unduhan
- Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Prevalensi, Dampak, serta Upaya Pengendalian Hipertensi & Diabetes di Indonesia. Jakarta: BKPB Kemenkes, 2023 [cited 2024 Nov 14]. Available from: https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/fact-sheet-survei-kesehatan-indonesia-ski-2023/
- World Health Organization [homepage on Internet]. Diabetes. Available from: https://www.who.int/health-topics/
- Cade WT. Diabetes-related microvascular and macrovascular disease in the physical therapy setting. Phys Ther. 2008 Nov; 88(11):1322-35. DOI: 10.2522/ptj.20080008