BAGAIMANA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN JIKA MENEMUKAN ORANG YANG DROWNING/TENGGELAM?

Oleh : dr. Humaera Elphananing Tyas

Halo #Sahabat sehat RSA, kali ini kita akan membahas tentang drowning. Apa itu drowning dan mengapa kita membahasnya? Tulisan ini dibuat karena kasus drowning masih banyak menyebabkan kematian terutama pada anak anak usia 0-4 tahun.

Drowning atau tenggelam adalah kondisi dimana terjadi kekurangan napas atau mati lemas akibat terendam di dalam media cair, sedangkan bila terjadi pemulihan kondisi setelah terjadinya perendaman disebut Non Fatal Drowning atau Near Drowning.

Gambar 1. Anak anak rawan mengalami drowning

Meski banyak kasus terjadi pada anak-anak, ternyata remaja usia 10-19 tahun juga berisiko mengalami drowning lho. Drowning banyak dialami anak-anak karena adanya rasa penasaran yang tinggi pada anak-anak dan akses tak terduga terhadap air. Sedangkan drowning pada remaja banyak disebabkan karena kepercayaan diri berlebih pada kemampuan berenang dan akibat konsumsi alkohol. Pada anak usia kurang dari satu tahun, terjadinya drowning seringnya berlokasi di kamar mandi area bath up, ember atau toilet akibat supervise atau pengamatan yang kurang baik oleh pengasuh. Drowning dilaporkan bisa terjadi meski hanya ada air setinggi sekitar 5 cm dari permukaan bak mandi. Hal ini dikarenakan meskipun bayi bisa duduk, namun mereka tidak bisa menolong diri mereka sendiri jika terendam. Bahkan, meskipun bayi sudah diletakkan pada kursi duduk bayi namun tanpa supervisi yang baik tetap berisiko terjadinya drowning. Pada kondisi ember yang lebih besar, anak-anak usia balita juga berisiko drowning bila mereka jatuh dengan posisi kepala terlebih dahulu dan tidak dapat melepaskan dirinya atau tidak dapat membalikkan ember yang mungkin sebenarnya hanya terisi beberapa liter cairan saja. Pada anak usia 1-4 tahun mayoritas drowning terjadi di kolam renang, khususnya kolam renang pribadi. Hal ini terjadi karena anak dibiarkan sendirian tanpa supervisi dalam waktu kurang dari 5 menit. Kejadian drowning bisa juga terjadi di bath up, ember, kolam ikan, toilet atau mesin cuci. Kasus drowning  pada remaja banyak ditemukan karena tenggelam di sungai, danau dan saluran air, yang mayoritas disebabkan karena konsumsi alkohol atau obat obatan. Ada kondisi penyakit tertentu yang dapat meningkatkan resiko drowning, yaitu pada penderita epilepsy karena dapat terjadi serangan bangkitan atau kejang sewaktu-waktu yang menyebabkan gangguan kesadaran sehingga menyebabkan tenggelam.

Ketika seseorang tenggelam maka air memasuki mulut dan saluran napasnya, hal ini menyebabkan spasme/kekakuan laring dan menimbulkan hipoksia(tubuh kekurangan oksigen). Jika tidak segera ditolong, kondisi air yang masuk akan makin banyak, terjadi hipoksemia(kekurangan oksigen di darah), maka orang tersebut akan kehilangan kesadaran dan mengalami henti napas. Saat henti napas dapat terjadi gangguan irama jantung dan menjadi henti jantung. Proses seseorang dari awal terendam sampai henti jantung biasanya terjadi dalam hitungan menit. Namun pada kondisi hipotermia (suhu tubuh terlalu rendah) atau drowning pada air es, prosesnya bisa lebih lambat sekitar satu jam karena hipotermia dapat mengurangi konsumsi oksigen di otak.

Bagaimana tindakan penyelamatan yang bisa dilakukan jika terjadi drowning? Yang pertama angkat korban tersebut dari air dan tempatkan pada posisi telentang dengan kepala dan leher dalam tinggi yang sama, cek respon dan napas. Jika korban tersebut tidak sadar namun bernapas, posisikan miring ke sisi kiri (recovery position). Jika korban tidak bernapas maka lakukan bantuan napas dengan pemberian bantuan napas seefektif mungkin. Bila dengan beberapa kali bantuan napas berespon, maka letakkan dalam posisi recovery. Namun jika korban tidak berespon, maka asumsikan sebagai henti jantung dan lakukan algoritma seperti pasien tidak bernapas dan tidak ada nadi. Jika korban tidak bernapas dan tidak ada nadi, maka berikan bantuan hidup dasar atau resusitasi jantung paru (RJP) dengan pola ABC (Airway-Breathing-Circulation) dengan memberikan bantuan napas optimal 5 kali dengan cara menutup hidung korban dan memberikan bantuan napas lewat mulut dari mulut kita ke mulut korban lalu lakukan pijat jantung. Pijat jantung dilakukan, jika korban adalah orang dewasa, dengan ritme 30:2 yaitu 30 kali pijat jantung diikuti 2 kali bantuan napas. Sedangkan pada korban anak-anak dengan ritme 15:2 yaitu 15 kali pijat jantung dan 2 kali bantuan napas. Hal ini dilakukan jika sudah ada dua penolong. Apabila penolong hanya seorang diri tetap lakukan dengan ritme 30:2. Pijat jantung dilakukan dengan meletakkan kedua tangan kita dengan posisi tangan non dominan dibagian tangah dada korban dan tangan dominan diatasnya lalu kita tekan ke arah bawah sekitar kedalaman 5 cm dilakukan dengan kecepatan 100-120 kali per menit.  Jika dilokasi kejadian terdapat AED (Automatic Electrical Device), dapat dipasang pada tubuh korban dan biarkan alat menganalisis irama jantung pasien, apakah irama jantung pasien membutuhkan kejut listrik atau tidak. Bila tidak perlu dilakukan kejut listrik maka dapat dilanjutkan dengan pijat jantung. Bila memerlukan kejut maka dilakukan kejut listrik. Jangan lupa untuk meminta bantuan untuk memanggil ambulans dan tenaga medis ya, karena penanganan pada kasus drowning ini kompleks dan membutuhkan bantuan napas seperti ventilator dan perawatan ICU. Bisa hubungi IGD RSA segera pada nomer 4530303, atau nomer 08112548118.

Gambar 2, Tindakan penyelamatan korban drowning yang mengalami henti jantung

Pada korban dengan henti napas dan henti jantung yang lama, jika korban selamat berisiko mengalami terjadinya gangguan persarafan kedepannya seperti korban hidup tapi tidak sadar selamanya atau kondisi kelumpuhan otot sehingga tindakan penyelamatannya harus baik dan jangan terlalu lama membiarkan otaknya mengalami kekurangan oksigen. Karena efek kedepannya yang mengerikan dan bisa mengganggu kualitas hidup terutama pada anak-anak, yuk mari kita lakukan pencegahan terhadap kejadian drowning ini terutama pada anak-anak kita, menurut rekomendasi AAP (American Academy of Pediatrics) pada tahun 2019 adalah:

  • Pengasuh tidak boleh membiarkan anak anak sendirian atau berada dalam asuhan anak-anak lain yang usianya lebih tua di area bathtub, kolam renang, dan area kolam atau air terbuka lainnya
  • Orang dewasa harus segera mengosongkan air dari ember atau container segera setelah digunakan
  • Anak-anak tidak boleh dibiarkan sendirian di kamar mandi, dan kamar mandi harus selalu dalam keadaan tertutup
  • Ketika anak- anak berada di dekat air, maka orang dewasa yang mensupervisi harus bisa berenang dan berada didekatnya
  • Meskipun sudah ada anak-anak dengan usia lebih tua yang memiliki kemampuan berenang, orang dewasa yang mensupervisi harus fokus kepada anak dan tidak sedang mengerjakan aktivitas lain yang dapat mendistraksi
  • Area menuju ke kolam harus dibatasi untuk anak-anak, bisa dengan membuat pagar empat sisi atau pengaman lainnya dengan tinggi minimal 1,4 meter dan pengunci yang aman
  • Orang dewasa maupun anak-anak yang lebih besar belajar tentang tindakan penyelamatan
  • Anak-anak diajari berenang untuk mengurangi risiko tenggelam
Gambar 3. Perlu dilakukan pelatihan kepada anak-anak dan dewasa tentang penyelamatan dan bantuan hidup dasar terutama pada kasus drowning

Dengan melakukan rekomendasi tersebut dan belajar cara penyelamatan hidup dengan baik maka angka kejadian drowning akan menurun dan jika sampai ada kejadian maka kita bisa melakukan tindakan penyelamatan dengan benar.

Daftar Referensi :

 Penulis

Nama    : dr. Humaera Elphananing Tyas

Pekerjaan : Dokter IGD RSA UGM

Email : humaera.tyas@gmail.com, humaera_elphananing_t@ugm.ac.id

Sosial media : @humaeraelphaa

Editor: dr. Andika Laksmana Kurniadi, Sp.KFR