Oleh : dr Radyan Artha Dewa Rachmat | Editor: dr. Farida Niken Astari Nugroho Hati, M.Sc., Sp.N
Stroke adalah penyebab utama kecacatan jangka panjang dan penyebab kecacatan yang dapat dicegah. Stroke juga dapat menyebabkan kondisi demensia vaskular, yang merupakan penyebab utama kehilangan memori atau daya ingat seseorang. Saat ini penyakit stroke menjadi masalah kesehatan global karena menyebabkan berbagai macam dampak yang tidak hanya dirasakan oleh penderita stroke itu sendiri namun dirasakan juga dampaknya oleh negara.
Saat ini Indonesia sedang mengalami ancaman krisis kesehatan yang dikenal dengan fenomena Triple Burden of Disease (Beban Tiga Kali Lipat Penyakit), Kondisi ini ditandai dengan Pertama, adanya penyakit infeksi New Emerging dan Re-Emerging yang muncul seperti Covid 19. Kedua, penyakit menular belum teratasi dengan baik dan Ketiga, penyakit tidak menular (PTM) yang kasusnya cenderung meningkat setiap tahunnya. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang insidensinya terus meningkat adalah stroke disertai dengan penyakit jantung dan kanker. Oleh sebab itu Kementrian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) mencetuskan sebuah transformasi pelayanan kesehatan yang berfokus pada PTM seperti penyakit stroke, penyakit jantung dan kanker yang diharapkan seluruh pelayanan kesehatan di Indonesia bisa meningkatkan sarana dan prasarana serta kualitas tenaga kesehatan secara merata untuk menekan angka penyakit tersebut.
Stroke merupakan penyakit pertama penyebab kematian tertingi di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 oleh Kementrian Kesehatan RI, prevalensi stroke diperkirakan sebanyak lebih dari 2 juta kasus pada tahun 2018. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, pada tahun 2010 kematian akibat stroke di Indonesia merupakan yang tertinggi di negara-negara Asia Tenggara di mana mencapai 193,3 kematian per 100.000 penduduk tiap tahunnya atau 4 kali lipat lebih tinggi dari Singapura dan 3 kali lipat lebih tinggi dari Malaysia. Jika kita menilai dari sudut pandang lain, yaitu dampak kecacatan menetap pada pasien atau biasa dinilai dengan disability-adjusted-life-years (DALY) akibat stroke di Indonesia juga tercatat yang tertinggi di antara negara ASEAN dengan hilangnya 3.382 tahun hidup sehat per 100.000 penduduk. Kondisi ini pun berdampak kepada beban ekonomi nasional, di mana stroke merupakan penyakit paling katastropik ketiga bagi sistem BPJS Kesehatan di tahun 2021 yang menelan biaya hingga lebih dari 2 triliun rupiah hanya dalam kurun waktu 1 tahun. Bila dibandingkan tahun sebelumnya, biaya tersebut telah mengalami peningkatan lebih dari 10%. Hal tersebut jelas menggambarkan bahwa kondisi stroke di Indonesia masih belum mampu tertangani dengan efektif dan efisien meskipun dengan kemajuan teknologi kesehatan saat ini.
Selain menjadi beban bagi negara, pasien dengan penyakit stroke yang harus menerima serangkaian perawatan, pengobatan dan terapi rehabilitasi juga menimbulkan beban ekonomi yang signifikan bagi pasien maupun keluarga pasien. Stroke menjadi tantangan yang besar bagi pasien dan keluarganya, besarnya biaya langsung yang harus dikeluarkan untuk perawatan akut dan rehabilitasi serta biaya tidak langsung akibat kehilangan produktivitas pasien dan keluarganya juga menjadi beban yang besar untuk sistem perawatan kesehatan. Orang yang menderita stroke menyebabkan tidak dapat bekerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas. Hal tersebut membuat anggota rumah tangga lainnya ikut terpengaruh, bukan hanya untuk membantu menopang perekonomian keluarga namun juga harus menanggung biaya pengobatan untuk pasien dan pelayanan kesehatan dalam jangka panjang. Sehingga banyak keluarga penderita stroke mengalami kesulitan ekonomi bahkan beberapa kasus di Indonesia penyakit stroke ini sering terjadi pada masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Pada penderita stroke yang tidak memiliki jaminan kesehatan anggota keluarga harus melakukan penjualan aset ataupun meminjam untuk biaya pengobatan, hal tersebut menyebabkan penderita stroke dan keluarganya akan mengalami katastropik dan penurunan tingkat kesejahteraan.
Jenis dan Faktor Risiko Stroke
Stroke didefinisikan dengan kondisi ketika aliran darah ke otak mengalami gangguan, bisa karena penyumbatan atau dalam istilah medis disebut dengan Stroke Iskemik dan yang kedua karena pecahnya pembuluh darah otak atau dalam istilah medis disebut Stroke Hemoragik. Kondisi ini menyebabkan area tertentu pada bagian otak tidak mendapat asupan oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel otak dalam hitungan menit. Jika pasien stroke dapat bertahan hidup, gejala-gejala tersebut seringkali menetap dan berjalan secara kronis, terutama jika sejak awal tidak tertangani secara cepat dan komprehensif, seringkali menyebabkan ketidakmampuan pasien untuk kembali hidup produktif.
Faktor risiko penyakit stroke sama dengan penyakit tidak menular lainnya yang terutama yaitu gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, tingkat aktivitas fisik yang rendah, makanan yang tidak sehat, kadar kolesterol tubuh tinggi dan kelebihan berat badan (obesitas). Pada penelitian yang dilakukan oleh WHO, penggunaan tembakau (merokok) meningkatkan risiko terkena stroke iskemik sekitar 2 kali lipat lebih tinggi pada perokok ringan maupun berat. Jika kita lihat dari faktor risiko stroke, maka penyakit ini sebetulnya bisa dicegah oleh setiap orang dengan konsisten menerapkan gaya hidup sehat, rajin berolahraga, bijak dalam memilih makanan serta hindari rokok. Seringkali penyakit stroke terjadi dikarenakan oleh penyakit lain yang tidak diobati dan dibiarkan terlalu lama, seperti komplikasi dari hipertensi yang tidak terkontrol. Oleh karena itu setiap individu baik usia muda hingga lansia sebaiknya rutin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas maupun rumah sakit agar bisa mengetahui kondisi kesehatan diri sendiri.
Kenali Tanda dan Gejala Awal Stroke dengan Slogan “SEGERA KE RS”
Sebagai upaya edukasi terkait dengan pengenalan dini tanda dan gejala stroke, Rumah Sakit UGM memperkenalkan slogan “SeGeRa Ke RS” yang dapat membantu meningkatkan kewaspadaan masyarakat awam terhadap tanda awal dari serangan stroke. “SeGeRa Ke RS” merupakan slogan yang diperkenalkan oleh Kemenkes RI agar setiap komponen dalam keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran untuk segera membawa pasien stroke ke IGD rumah sakit terdekat. Dan perlu dipahami bahwa waktu emas untuk penanganan pasien stroke adalah 3 jam sehingga time is brain! Jika pasien stroke segera ditangani, maka tingkat kesembuhan dan perbaikan kondisi akan lebih besar, sehingga derajat kecacatan dapat ditekan serendah mungkin karena pasien stroke berhak atas kualitas hidup yang optimal.
- SE : Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba.
- GE : Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba.
- RA : Bicara pelo atau tiba-tiba tidak dapat bicara, tidak mengerti kata-kata, bicara tidak nyambung.
- KE : Kebas atau baal atau kesemutan separuh tubuh.
- R : Rabun pandangan satu mata kabur dan terjadi secara tiba-tiba
- S : Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, Gangguan fungsi keseimbangan seperti terasa berputar, Gerakan sulit dikordinasi (tremor/gemetar, sempoyongan)
- Gejala tambahan : penurunan kesadaran secara tiba-tiba atau pingsan.
Penyakit stroke termasuk dalam penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia. Penyakit ini termasuk dalam jenis penyakit tidak menular (PTM) yang bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Penderita stroke dan keluarganya berisiko tinggi mengalami beban ekonomi yang signifikan selama proses pengobatan. Jika seseorang terkena stroke sebaiknya orang-orang terdekat bisa mengetahuinya dengan cepat melalui slogan “SeGeRa Ke RS” dan langsung membawanya ke IGD Rumah sakit terdekat dalam waktu kurang dari 3 jam agar penanganan bisa segera dilakukan dan pencegahan kecacatan lebih lanjut bisa dicegah.
Daftar Pustaka
- Truelsen T, Begg S, Mathers C. The global burden of cerebrovascular disease. Global Burden of Disease. 2000
- Setyawan IA, Andayani TM, Pinzon RT. Analasis Biaya Penyakit Stroke Perdarahan di Rumah Sakit. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi(Journal of Management and Pharmacy Practice). 2016;6: 41–46.
- Fadhilah H, Permana Sari VY. Beban ekonomi yang ditanggung pasien dan keluarga akibat penyakit stroke: studi literatur. 2019
- Mukherjee D, Patil CG. Epidemiology and the Global Burden of Stroke. World Neurosurgery. 2011. pp. S85–S90. doi:10.1016/j.wneu.2011.07.023
- Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. 2013.
- Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2018. 2018.
- Gbiri CA, Olawale OA, Isaac SO. Stroke management: Informal caregivers’ burdens and strians of caring for stroke survivors [Internet]. Annals of Physical and Rehabilitation Medicine. 2015. pp. 98–103. doi:10.1016/j.rehab.2014.09.017