“Wah…putranya gendut ya.. Lucunya…”
Sepertinya ungkapan-ungkapan seperti itu masih sering terdengar di sekitar kita. Anggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat, lucu, atau menggemaskan menjadikan kita para orangtua selalu bangga apabila memiliki anak yang gemuk. Tapi tahukah anda bahwa kegemukan atau obesitas pada anak dapat membahayakan kesehatan buah hati kita di masa dewasanya kelak?
Menurut WHO, obesitas sudah merupakan epidemi global dan menjadi problem kesehatan yang harus segera diatasi. Prevalensi obesitas pada anak meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. Di Indonesia, perubahan gaya hidup yang menjurus ke pola hidup kebarat-baratan mengakibatkan perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, sehingga berdampak meningkatkan resiko obesitas.
Kapan Anak Disebut Obesitas?
Untuk menentukan anak termasuk kriteria obesitas atau tidak, dilakukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dibandingkan dengan standar baku rujukan. Anak disebut obesitas apabila:
- Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB) > persentile ke 95 atau Z-score ≥ + 2 SD
- Indeks Massa Tubuh (IMT) > persentil ke 95
Apa Penyebab Obesitas Pada Anak?
- Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif di 6 bulan pertama kehidupannya, tetapi menggunakan susu formula
- Bayi yang mendapat makanan padat di usia kurang dari 6 bulan
- Asupan makanan berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog)
- Rendahnya asupan buah dan sayuran
- Kurangnya aktivitas fisik
Apa Dampak Obesitas Pada Anak?
- 26,5% bayi dan anak yang obesitas akan tetap obesitas di masa dewasanya, dan 80% remaja yang obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas
- Faktor resiko penyakit kardiovaskuler, yaitu peningkatan kadar trigliserida, peningkatan kadar kolesterol LDL, peningkatan tekanan darah, serta penurunan kadar kolesterol HDL.
- Peningkatan resiko terkena penyakit diabetes mellitus
- Terbatasnya pergerakan anak sehingga menghambat dalam bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya
- Faktor sosial: anak yang mengalami obesitas biasanya cenderung menjadi bahan gurauan sehingga tumbuh menjadi pribadi yang minder
Tatalaksana Obesitas Pada Anak
Dalam penanganan anak yang obesitas, selain melibatkan tenaga kesehatan (dokter, ahli gizi), juga harus mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup
1. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, derajat obesitas, dan ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi. Target penurunan berat badan yang dianjurkan sebesar 0,5 – 2 kg per bulan sampai mencapai berat badan ideal. Pengaturan diet sebaiknya dilakukan dengan berkonsultasi pada ahli gizi.
2. Pengaturan aktivitas fisik
Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umur anak. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah selama 20-30 menit per hari, minimal 3 kali seminggu.
3. Mengubah pola hidup/perilaku
Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua, dengan cara:
- Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan sesuai petunjuk ahli gizi, dan aktivitas fisik serta mencatat perkembangannya.
- Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan di sekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
- Mengubah perilaku makan dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi, mengurangi makanan camilan, dan memberi contoh pola makan sehat.
- Memberikan penghargaan dan hukuman.
Tidak dianjurkan konsumsi obat-obatan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.
Pola Hidup Sehat Untuk Mencegah Obesitas Pada Anak
- Konsumsi buah dan sayur minimal 5 porsi per hari
- Menonton TV, bermain komputer, bermain game maksimal 2 jam/hari
- Tidak menyediakan TV di kamar anak
- Mengurangi makanan dan minuman manis
- Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
- Kurangi makan di luar
- Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah
- Biasakan makan bersama keluarga minimal 1 kali sehari
- Makanlah makanan sesuai dengan waktunya
- Tingkatkan aktivitas fisik, seperti bermain di luar rumah, bersepeda, bermain bola, berenang, dll
- Melibatkan keluarga dalam perbaikan gaya hidup untuk pencegahan kelebihan gizi
- Target penurunan berat badan yang sehat
Pratiwi Dinia Sari, S.Gz
Instalasi Gizi RS UGM