Oleh : dr. Stevie Alexia Grean Tekwan | Editor: dr. Isti Haryani, M.Sc., Sp.PD., FinaSIM
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi diakibatkan karena insufisiensi insulin dalam tubuh. DM atau yang biasanya disebut sebagai penyakit gula ini merupakan salah satu ancaman kesehatan global. DM sendiri dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan penyebabnya, yaitu DM tipe I, DM tipe II, DM gestasional (kehamilan) dan DM tipe lain. Khususnya yang akan dibahas di sini adalah DM tipe II. Apapun jenisnya, pada umumnya DM adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi. Badan Kesehatan dunia WHO memprediksi jumlah pasien DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat dari 8,4 juta pasien pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pasien pada tahun 2030. Selain WHO, International Diabetes Federation (IDF) juga memprediksi kenaikan jumlah pasien DM dari tahun 2019 sebanyak 10,7 juta pasien menjadi 13,7 juta pasien pada tahun 2023. Hal ini merupakan kondisi yang cukup mengkhawatirkan mengingat bahwa DM bukan penyakit yang dapat disembuhkan, namun DM masih dapat dikontrol.
Gejala khas yang umumnya terjadi yaitu :
- Sering haus dari biasanya
- Sering kencing
- Cepat lapar
- Penurunan berat badan tanpa sebab
Selain gejala khas, bisa juga didapatkan gejala lainnya yang menyertai yaitu :
- Mudah mengantuk dan lelah
- Pandangan kabur
- Luka susah sembuh
- Kesemutan
- Bisul yang hilang timbul
- Impotensi
- Gatal pada area kewanitaan
Selain gejala-gejala di atas, untuk mendiagnosis DM harus disertai dengan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dan HbA1C. Kriteria untuk mendiagnosis DM adalah gejala khas disertai dengan kadar glukosa darah lebih dari normal seperti berikut:
- Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
- Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan glukosa 75 gram, atau
- Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan khas DM, atau
- Pemeriksaan HbA1c ≥ 6.5%
Bila sudah memiliki tanda dan gejala seperti di atas, maka tindakan kita selanjutnya adalah mencegah terjadinya komplikasi dan kontrol secara rutin ke dokter. Apabila kontrol tidak rutin dilakukan maka akan terjadi komplikasi yang sulit untuk disembuhkan bahkan hingga kematian.
Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu:
- Hiperglikemia
Pada kondisi gula yang tidak terkontrol akan menyebabkan terjadinya peningkatan gula darah yang sangat tinggi hingga mencapai > 600 mg/dL bahkan dapat disertai dengan kesadaran yang menurun. Kondisi hiperglikemia dapat disertai dengan peningkatan keasaman darah dalam tubuh yang disebut Ketoasidosis Diabetik (KAD) atau disertai peningkatan osmolaritas darah dalam tubuh yang disebut Status Hiperglikemia Hiperosmolar (SHH). Kedua keadaan ini memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit bahkan hingga perawatan intensif.
- Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan suatu kondisi menurunnya kadar gula darah hingga < 70 mg/dL. Kondisi ini dapat disertai dengan gejala maupun tanpa gejala. Salah satu gejalanya adalah penurunan kesadaran. Gejala hipoglikemia mirip dengan gejala hiperglikemia, sehingga penting untuk dilakukan pemeriksaan gula darah pada pasien DM dengan penurunan kesadaran, untuk menentukan kadar gula darah dan terapi selanjutnya yang sangat berbeda antara kondisi hiperglikemia dan hipoglikemia. Hipoglikemia pada pasien usia lanjut sangat dihindari karena dampaknya yang fatal dan perbaikan kesadaran biasanya akan lebih lama dan lebih lambat dari pasien hipoglikemia usia produktif.
- Stroke
- Penyakit Jantung Koroner
- Penyakit Arteri Perifer
- Retinopati Diabetik
- Nefropati Diabetik
- Neuropati
Terjadinya DM juga disertai dengan adanya faktor risiko. Faktor risiko DM dibagi menjadi dua, yaitu yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Cara pencegahan DM adalah mengubah faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan perilaku hidup sehat.
- Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
- Berat badan lebih (IMT ≥ 23 kg/m2)
- Kurangnya aktivitas fisik
- Hipertensi (>140/90 mmHg)
- Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)
- Diet tak sehat dengan tinggi glukosa dan rendah serat
- Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
- Ras dan etnik
- Riwayat keturunan keluarga dengan DM tipe II
- Semakin meningkatnya usia maka intoleransi glukosa juga meningkat
- Riwayat melahirkan bayi BB > 4000 gr atau Riwayat pernah menderita DM gestasional
- Riwayat lahir dengan berat badan rendah < 2,5 kg.
Pengendalian DM dengan mengikuti perilaku hidup sehat, yaitu:
- Pola makan sehat
- Latihan jasmani yang teratur dilakukan 3 – 5 hari dalam seminggu sekitar 30 – 45 menit sehari, dengan total 150 menit per minggu, dengan jeda antar Latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
- Penggunaan obat DM secara aman dan teratur
- Lakukan pemantauan Glukosa darah mandiri