Oleh: dr. Rosyida Avicennianing Tyas | Editor: dr. Fita Wirastuti, M.Sc., Sp.A
Halo ayah bunda sahabat sehat RSA! Yuk kita kenal lebih dekat terkait imunisasi, salah satu kebutuhan si buah hati.
Imunisasi merupakan salah satu upaya melindungi diri dari penyakit dengan cara memberikan vaksin untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Imunisasi ditujukan untuk penyakit yang mempunyai risiko kesakitan, kecacatan atau kematian yang tinggi, misalnya penyakit tuberkulosis, poliomyelitis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, campak, bahkan COVID 19.
Tujuan utama imunisasi adalah agar buah hati kita terhindar dari penyakit – penyakit tersebut, bahkan apabila terjadi suatu wabah, dan buah hati kita terinfeksi, maka dengan imunisasi diharapkan kondisi penyakit tersebut tidak berakibat fatal. Selain bermanfaat secara individu, imunisasi juga berfungsi untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity), sehingga melindungi masyarakat disekitarnya. Untuk membentuk kekebalan kelompok ini dibutuhkan cakupan imunisasi > 85% pada suatu daerah.
Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi Imunisasi Program, yang terdiri atas imunisasi rutin (imunisasi dasar dan lanjutan), imunisasi tambahan, imunisasi khusus serta imunisasi pilihan.
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Imunisasi dasar berupa perlindungan terhadap penyakit Hepatitis B, Poliomyelitis, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus influenza type B (HIB), campak dan rubella.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapat imunisasi dasar. Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah dua tahun (baduta), anak usia sekolah dan wanita usia subur. Imunisasi lanjutan untuk anak baduta diberikan pada usia 18 bulan berupa imunisasi DPT-Hep B-HIB dan campak. Sementara untuk anak usia sekolah mendapatkan imunisasi tambahan saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) berupa imunisasi Campak dan DT (kelas I), Td (kelas II) dan Td (kelas 5).
Imunisasi Khusus dilakukan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu dan situsi tertentu, misalnya persiapan calon Jemaah haji/umroh, persiapan penjalanan menuju atau dari daerah endemis penyakit tertentu, dan kondisi wabah penyakit tertentu. Imunisasi khusus ini dapat berupa imunisasi terhadap meningitis meningokokus, demam kuning (yellow fever), rabies, dan poliomyelitis.
Salah satu bentuk imunisasi tambahan adalah Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang merupakan kegiatan imunisasi massal yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan herd immunity (misalnya polio, campak, atau imunisasi lainnya). Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam imunisasi program, namun dapat diberikan pada bayi, anak, dan dewasa sesuai dengan kebutuhannya dan pelaksanaannya juga dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. Imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi terhadap penyakit: pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus, diare yang disebabkan oleh rotavirus, influenza, cacar air (varisela), gondongan (mumps), campak jerman (rubela), demam tifoid, hepatitis A, kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus, Japanese Enchephalitis, herpes zoster, hepatitis B pada dewasa, dan demam berdarah.
Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin juga meningkat dan sebagai akibatnya kejadian berupa reaksi simpang yang diduga berhubungan dengan imunisasi juga meningkat. Reaksi simpang ini disebut sebagai Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI). KIPI yang sering terjadi antara lain demam, nyeri atau bengkak ditempat suntikan. KIPI dapat berupa kejadian serius/berat dan KIPI non serius/ringan. Semua kejadian KIPI harus dilaporkan dan tercatat dalam surveillance KIPI. Hal ini bermanfaat untuk memantau keamanan imunisasi.
Berkaitan dengan banyaknya imunisasi yang perlu diberikan pada buah hati kita, maka akan muncul pertanyaan dari orangtua tentang bagaimana jadwal pemberian imunisasi tersebut. Program imunisasi pemerintah maupun IDAI mempunyai jadwal pemberian imunisasi dasar adalah sebagai berikut:
- Imunisasi BCG untuk melindungi dari penyakit tuberkulosis, diberikan 1x sebelum usia anak 1 bulan
- Imunisasi Hepatitis B, vaksin pertama bisa diberikan segera setelah lahir, sebelum 24 jam. Selanjutnya pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
- Imunisasi Pentabio (berisi vaksin DTP, Hepatitis B dan HIB)
- Imunisasi DTP untuk melindungi dari penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, diberikan 3x pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
- Imunisasi HIB untuk melindungi dari penyakit yang disebabkan oleh kuman Haemophilus influenza type B (HIB), diberikan 3x pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
- Imunisasi Polio, minimal pemberian vaksin polio yang disuntik adalah 2x bersama vaksin pentabio, sebelum usia 1 tahun (khusus untuk DIY imunisasi polio diberikan 3x sebelum usia 1 tahun, Bersama imunisasi pentabio)
- Imunisasi Campak, Gondongan, dan Rubella. Saat ini vaksin campak saja sudah tidak ada, yang tersedia adalah vaksin MR (Measles, Rubella) dan MMR (Mumps, Measles, Rubella). Vaksin MR diberikan pada usia 9 bulan.
Sementara untuk jadwal pemberian imunisasi tambahan (booster) berupa:
- Imunisasi pentabio pada usia 18 bulan.
- Imunisasi campak rubella pada usia 18 bulan.
Jadwal pemberian imunisasi pilihan berupa:
- Imunisasi Rotavirus untuk melindungi dari diare yang disebabkan oleh rotavirus, diberikan 2-3 kali, sejak usia 2 bulan dan diharapkan selesai saat usia 6 bulan.
- Imunisasi Pneumococcus untuk melindungi dari penyakit pneumonia (infeksi pada paru) diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan, sementara imunisasi lanjutan (booster) pada usia 12 bulan sebanyak 1 kali
- Imunisasi Influenza dapat diberikan sejak anak usia 6 bulan. Pemberian pertama sebanyak 2 kali dengan selang waktu 1 bulan dilanjutkan 1 kali setiap tahun.
- Imunisasi Varisela untuk melindungi dari penyakit cacar air, diberikan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 6 minggu – 3 bulan, mulai usia 12 bulan.
- Imunisasi Hepatitis A dapat diberikan sejak usia 12 bulan dengan pemberian 2 kali interval waktu 6-12 bulan
- Imunisasi Typhoid diberikan sejak usia 2 tahun, dapat diulang setiap 3 tahun.
- Imunisasi HPV, diberikan pada anak perempuan sebelum hubungan seksual pertama, untuk melindungi dari virus HPV yang menyebabkan kanker serviks, diberikan pada anak usia 9-14 tahun, sebanyak 2 kali dengan selang waktu 6-15 bulan.
- Imunisasi Japanese Encephalitis diberikan sejak usia 9 bulan pada daerah endemis atau yang mau bepergian ke daerah endemis.
- Imunisasi dengue untuk melindungi dari demam berdarah, diberikan 3 kali digunakan pada anak dengan usia 9 – 16 tahun dengan serokonversi positif.
Jadwal imunisasi yang dikeluarkan IDAI belum semuanya masuk ke dalam program pemerintah, karena besarnya biaya yang dibutuhkan. Di Indonesia, yang rutin adalah imunisasi yang masuk ke dalam program pemerintah, jadwalnya bisa dilihat di buku KIA anak, dan imunisasi ini bisa didapatkan secara gratis di posyandu dan puskesmas. Untuk imunisasi tambahan akan sangat baik jika ayah bunda melengkapinya sesuai rekomendasi IDAI.
Beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan orang tua terkait pemberian imunisasi:
Apakah setelah diimunisasi anak pasti tidak akan tertular penyakit tersebut?
- Bayi atau anak yang telah mendapatkan imunisasi masih dapat tertular penyakit, namun akan lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami
Anak saya sudah divaksin influenza, kok masih tetap sering batuk pilek?
- Imunisasi influenza hanya untuk mencegah penyakit influenza berat yang disebabkan oleh virus influenza A dan B jenis yang berbahaya. Vaksin influenza tidak dapat mencegah batuk pilek yang disebabkan oleh alergi, iritasi atau virus lain yang tidak berbahaya.
Bolehkah diimunisasi jika anak/bayi sedang batuk pilek?
- Boleh, batuk pilek tanpa demam boleh diimunisasi, jika bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1-2 minggu.
Bolehkah memberikan obat penurun panas sebelum dan sesudah imunisasi? Apakah akan menurunkan potensi imunisasi?
- Boleh, penurun panan sebelum dan sesudah imunisasi dapat digunakan sebagai pengurang rasa sakit. Obat penurun panas tidak mengurangi potensi vaksin.
Beberapa dokter menyuntikkan vaksin di tempat yang berbeda padahal vaksinnya sama, apakah ada perbedaan kekebalan? (misal BCG ada yang di lengan atau pinggul, sementara campak, pentabio di lengan atau paha)
- Perbedaan tempat penyuntikan tidak menimbulkan perbedaan kekebalan asalkan kedalaman penusukan dan jaringan yang disuntik sesuai dengan jenis vaksin.
Apakah tidak berbahaya jika anak diberi beberapa vaksin sekaligus?
- Tidak berbahaya, asal dilakukan dibagian tubuh yang berjauhan dan menggunakan alat suntik yang berlainan dan memperhatiakan kaidah umum tentang pemberian vaksin
Jika jarak imunisasi lebih lama dari jarak yang dianjurkan apakah vaksinasi perlu diulang?
- Tidak perlu diulang, karena system imunitas tubuh dapat mengingat vaksin terdahulu, sehingga lanjutkan vaksin yang belum diberikan dengan jarak sesuai anjuran
Jika ayah bunda terlewatkan jadwal vaksin anak, mungkin karena anak sakit atau kendala lain, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter terkait jadwal imunisasi kejarnya ya. Imunisasi adalah hak anak untuk mendapat perlindungan dan terbebas dari penyakit supaya bisa bertumbuh dan berkembang dengan optimal. Jadi ayah bunda yuk penuhi hak buah hati kita tersayang dengan memberikan imunisasi, minimal imunisasi program pemerintah. Salam sehat.
Referensi:
- Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2020
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
- Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak Edisi Tahun 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
- Pedoman Imunisasi di Indonesia tahun 2017, Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Penulis
Nama : dr. Rosyida Avicennianing Tyas
Pekerjaan : Dokter Umum RSA UGM Email : rosyidaceni@gmail.com |
Editor: dr. Fita Wirastuti, M.Sc., Sp.A