Oleh: dr. Bayu Pratama Putra, Ph.D. | dr. Gibran Ilham Setiawan, Sp.PD
Apa itu demensia?
Demensia atau pikun merupakan sebuah penyakit degeneratif yang bersifat progresif (memberat secara perlahan), disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan dapat disertai perubahan mood, emosi, perilaku, dan motivasi. Saat ini, lebih dari 55 juta orang di seluruh dunia mengalami demensia. Sekitar 1,8 juta orang di Indonesia menderita demensia menurut World Alzheimer Report tahun 2019, dan angka tersebut akan meningkat menjadi 7,5 juta orang pada 2050 dikarenakan pertambahan populasi lanjut usia. Setiap 3 detik, 1 orang di dunia mengalami kondisi demensia.
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab demensia yang paling umum dan berkontribusi pada 60-70% kasus demensia. Selain Alzheimer, penyebab lain dari demensia antara lain:
- Demensia vaskular, dikarenakan komplikasi penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan stroke, atau kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol
- Demensia dengan badan Lewy, merupakan kondisi penumpukan protein abnormal alpha-synuclein dalam sel saraf otak)
- Degenerasi bagian frontalis dari otak, disebut frontotemporal dementia
- Cedera atau trauma kepala, disebut chronic traumatic encephalopathy
- Kekurangan zat nutrisional (terutama asam folat dan vitamin B12)
- Infeksi HIV
Faktor-faktor risiko yang memicu terjadinya demensia antara lain usia (terutama usia 65 atau lebih), jenis kelamin wanita, penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes mellitus, berat badan yang berlebih (overweight) atau obesitas, merokok, konsumsi alkohol, kurangnya aktivitas fisik, kurangnya interaksi sosial, dan juga adanya depresi.
Apa sajakah tanda dan gejala dari demensia?
Demensia, seperti demensia Alzheimer, bukanlah suatu kondisi yang normal. Penuaan dengan demensia memiliki gejala kognitif, mood, dan perilaku yang lebih berat dibandingkan penuaan normal. Contoh perbandingan gejala penuaan normal dan demensia antara lain:
No | Penuaan normal | Demensia |
1 | Lupa hari dan tanggal namun dapat mengingatnya kembali | Kehilangan kemampuan menelusuri hari dan tanggal |
2 | Terkadang lupa kata-kata yang ingin diucapkan | Kesulitan melakukan percakapan |
3 | Beberapa kali kehilangan barang, namun dapat menemukannya kembali | Sering salah meletakkan barang dan tidak dapat menemukannya |
4 | Terkadang salah mengambil keputusan dan penilaian | Sering salah mengambil keputusan dan penilaian |
5 | Terkadang lupa membayar tagihan bulanan | Sering bermasalah dalam membayar tagihan bulanan |
Terdapat 10 tanda dan gejala peringatan yang umum dijumpai pada seseorang dengan demensia Alzheimer, diantaranya:
- Kehilangan memori dan gangguan daya ingat
- Sulit fokus
- Sulit melakukan kegiatan familiar
- Disorientasi terhadap waktu dan tempat
- Kesulitan dalam memahami informasi visual dan spasial
- Gangguan berkomunikasi
- Menaruh barang tidak pada tempatnya
- Salah membuat Keputusan
- Menarik diri dari pergaulan
- Perubahan perilaku dan kepribadian
Deteksi dini merupakan tatalaksana yang efektif pada orang dengan demensia. Segeralah konsultasi ke dokter bila kita mengetahui keluarga atau kerabat kita yang terdapat gejala-gejala di atas.
Adakah pengobatan untuk demensia?
Tujuan dari pengobatan demensia adalah untuk mencegah dan mengurangi perburukan gejala kognitif, mood, dan perilaku dengan pendekatan tatalaksana farmakologis dan non-farmakologis
Hingga saat ini, belum ada terapi obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan demensia. Berbagai obat dapat digunakan untuk membantu mengontrol gejala demensia seperti cholinesterase inhibitors seperti donepezil dan NMDA receptor antagonists seperti memantine. Pengobatan untuk penyakit kronis seperti hipertensi dan kolesterol dapat digunakan untuk mencegah cedera lanjutan pada sistem saraf otak akibat demensia vaskular. Apabila gejala depresi muncul pada pasien, dapat dipertimbangkan untuk pemberian obat selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs).
Sedangkan penanganan non-farmakologis dapat dilakukan beberapa hal berikut:
- Mengonsumsi asupan makanan bergizi dan menghindari makan-makanan olahan
- Berolahraga dan melakukan aktivitas fisik, seperti jalan kaki, bersepeda, olahraga aerobik, dsb.
- Mengasah kemampuan otak dan melakukan hobi yang dimiliki, seperti belajar bahasa baru, menyanyi, melakukan kegiatan seni, bermain teka-teki silang, dsb.
- Mengontrol kondisi kesehatan jantung, kadar kolesterol, kadar gula darah dengan rutin check-up ke dokter
- Menjaga hubungan antar manusia, untuk mengurangi risiko depresi dan penarikan diri ke sosial
- Tidak merokok dan mengonsumsi alkohol
- Menjaga kesehatan hygiene pribadi (seperti mandi rutin)
- Menjaga kualitas dan kuantitas tidur yang baik
- Menjaga keselamatan saat di dalam rumah (seperti saat menggunakan alat masak) dan di luar rumah (seperti saat bepergian atau menyetir)
- Menyediakan alat bantu pendengaran dan penglihatan bila membutuhkan
- Menyiapkan perencanaan kebutuhan kesehatan dan finansial
Apakah demensia dapat dicegah?
Hari Alzheimer sedunia diperingati setiap tanggal 21 September, dengan pada tahun 2023 mengambil tema “Never too early, never too late”, yang berarti tidak ada kata terlalu cepat dan terlalu lambat dalam mencegah risiko terjadinya demensia. Disarankan sejak usia muda, kita harus membiasakan melakukan gaya hidup sehat agar mencegah risiko demensia di kemudian hari, seperti: aktivitas fisik, konsumsi makanan tinggi serat dan rendah gula garam lemak, stimulasi otak dengan membaca, bernyanyi, atau bermain game, serta selalu bersyukur dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Pencegahan risiko demensia tersebut juga sebaiknya dilakukan saat usia lansia, agar membantu menjaga kesehatan otak dan mental dan mencegah perburukan kondisi demensia yang dialami.
Hidup sehat tidak mengenal usia. Mari kita mulai menerapkan gaya hidup sehat, baik usia muda, tua, atau lanjut usia!
Referensi:
- Alzheimer’s Disease International. World Alzheimer Report 2019: Attitudes to Dementia. Alzheimer’s Disease International. 2019
- Alzheimer’s Indonesia. Statistik tentang demensia. 2019 [cited 2024 May 17]. Available from: https://alzi.or.id/statistik-tentang-demensia
- Arvanitakis, Z., Shah, R., Bennett, D., Diagnosis and Management of Dementia: Review. JAMA. 2019. 322:16: 1589-1599. https://doi.org/10.1001/jama.2019.4782
- Chen, H., Liu, S., Ge, B. et al. Effects of Folic Acid and Vitamin B12 Supplementation on Cognitive Impairment and Inflammation in Patients with Alzheimer’s Disease: A Randomized, Single-Blinded, Placebo-Controlled Trial. J Prev Alzheimers Dis. 2021.8, 249–256. https://doi.org/10.14283/jpad.2021.22
- Long S, Benoist C, Weidner W. World Alzheimer Report 2023: Reducing dementia risk: never too early, never too late. Alzheimer’s Disease International. 2023
- World Health Organization. Dementia. 2023 [cited 2024 May 17]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia
- World Health Organization. Global action plan on the public health response to dementia: 2017-2025. World Health Organization. 2017
- World Health Organization. World Report on Ageing and Health. World Health Organization. 2015