• PORTAL AKADEMIK
  • IT CENTER
  • LIBRARY
  • RESEARCH
  • WEBMAIL
  • PUSAT LAYANAN INFORMASI
  • GAWAT DARURAT
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang
    • Sejarah Rumah Sakit Akademik UGM
    • Visi, Misi, Tugas, Motto, dan Kebijakan Mutu
    • Logo Rumah Sakit Akademik UGM
    • Clinical Research Unit
    • Pengabdian Masyarakat
    • Manajemen RSA UGM
    • Pasar Krempyeng
  • Diklat
  • Layanan
    • IGD
    • Unit Tranfusi Darah
    • Klinik Eksekutif dan Medical Check Up
      • Klinik Eksekutif
      • Paket Medical Check Up
    • Klinik
      • Klinik Anak
      • Klinik Bedah
      • Klinik Subspesialis Bedah
      • Klinik Gadjah Mada Orthopedi Center
      • Klinik Dermatologi, Venereologi, dan Estetika
      • Klinik Gigi dan Mulut
      • Klinik Jantung dan Pembuluh Darah
      • Klinik Kesehatan Jiwa
      • Klinik Mata
      • Klinik Obstetri dan Ginekologi
      • Klinik Paru dan Pernapasan
      • Klinik Penyakit Dalam
      • Klinik Fisik dan Rehabilitasi Medik
      • Klinik Gizi
      • Klinik Saraf
      • Klinik THT-KL
    • Hemodialisa
    • Radiologi
    • Psikologi Anak
    • Antarejo
    • Jatayu Home Care
    • Rawat Inap
    • Health Tourism & Wellness
    • Cerebral Palsy Center
  • Informasi
    • Jadwal Dokter RSA UGM
    • Artikel
      • Artikel Kesehatan
      • Berita
    • Kerja Sama Asuransi
    • Alur Pasien
    • INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
    • DATA INDIKATOR MUTU
    • Media Monitoring
    • Booklet Edukasi
    • Homestay UGM
  • Kontak Kami
    • Zona Integritas
    • SP4N Lapor
    • E-Komplain
    • Hubungi Kami
  • Beranda
  • Artikel
  • Antimikroba, Si Pedang Bermata Dua

Antimikroba, Si Pedang Bermata Dua

  • Artikel, Edukasi
  • 19 November 2025, 09.27
  • Oleh: admin
  • 0

Oleh:  Suratun Almaidah, S. Kep., Ners.  | Editor: Apt. Sugeng Ruspandi, S.Farm.

Apa Itu Resistensi Antimikroba?

Mikroba atau kuman adalah organisme kecil meliputi bakteri, jamur, parasit, dan virus. Mayoritas kuman dapat memberikan manfaat bagi manusia, tumbuhan, dan hewan. Namun, banyak juga jenis kuman yang menyebabkan infeksi (Open RN, 2023). Kuman yang menyebabkan infeksi disebut dengan patogen. Pertumbuhan patogen terlalu pesat, dapat menyebabkan masalah kesehatan serius atau bahkan kematian (CDC, 2025).

Antimikroba, Si Pedang Bermata Dua
Antimikroba, Si Pedang Bermata Dua

Obat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman digolongkan sebagai antimikroba. Obat antimikroba meliputi antibiotik, antijamur, antivirus, antiparasit (Wendersteyt et al., 2021). Dalam beberapa kasus kuman dapat berkembang mengalahkan obat yang dirancang untuk membunuhnya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya resistensi antimikroba, dimana kuman menjadi kebal terhadap terapi obat. Kuman tidak terbunuh oleh antimikroba dan menjadi sulit untuk diterapi.  Kuman yang resisten terhadap antimikroba dapat hidup dan menyebar di masyarakat dan lingkungan (CDC, 2025).

Menurut CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat) tahun 2019, lebih dari 2,8 juta infeksi resisten antimikroba terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Serta lebih dari 35.000 orang meninggal dunia karenanya, menurut Laporan Ancaman Resistensi Antibiotik (AR) di tahun yang sama. Sedangkan di Indonesia, dikutip dari website Kementerian Kesehatan RI, menurut data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2021, diperkirakan terdapat 36.500 kematian akibat resistensi antimikroba yang sebetulnya bisa dicegah apabila kuman tidak resisten terhadap obat. Sedangkan kematian yang terjadi dikarenakan kejadian infeksi yang tidak dapat dicegah sepenuhnya mencapai angka 147.000.

Faktor Penyebab dan Kerugian yang Diakibatkan

Penyalahgunaan atau kesalahan penanganan antibiotik dan antijamur dapat berkontribusi terhadap resistensi. Antimikroba yang disesuaikan dengan hasil kultur (hasil uji laboratorium terhadap kuman) akan membantu penanganan atau pencegahan infeksi yang lebih baik (Open RN, 2023). Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan, L. Rizka Andalucia dalam kegiatan seminar sehari memperingati World Antimicrobial Resistance Awareness Week (WAAW) di Jakarta, pada 21 November 2024, menyatakan lebih dari 60% masyarakat mendapatkan antibiotik tanpa resep dari apotek atau toko obat berizin, termasuk pembelian di warung dan platform daring. Selain itu ada 18 provinsi memiliki proporsi perolehan antibiotik oral tanpa resep dokter di atas rata-rata nasional (41 persen).

Faktor lain penyebab resistensi yaitu banyaknya pasien atau masyarakat yang menghentikan konsumsi antimikroba ketika merasa sudah baik-baik saja dan tidak lagi merasakan gejala sakit. Misalnya, obat antimikroba diresepkan untuk 10 hari, hanya dikonsumsi selama 5 hari saja. Ketidakpatuhan dalam menyelesaikan pengobatan secara tuntas pada fase pengobatan jangka panjang juga ikut menyebabkan terjadinya resistensi. Seperti contoh pada kasus pasien dengan tuberkulosis yang harus menjalani pengobatan selama 6 bulan penuh (Open RN, 2023).

Resistensi juga terjadi pada pemakaian antibiotik pada hewan di peternakan dan juga di lingkungan pertanian. Penggunaan antibiotik pada hewan menimbulkan resistensi kuman pada hewan. Kuman yang resisten tersebut ditularkan kepada manusia lewat konsumsi daging dari hewan ternak. Begitu juga pada lingkungan pertanian, antibiotik disemprotkan sebagai perstitida pada buah-buahan. Meskipun proporsi penggunaan antibiotik ada pestisida jauh lebih kecil namun jika dihitung secara keseluruhan penggunaan secara geografis maka resistensi yang dihasilkan cukup besar, (Ventola CL, 2015)

Banyak kerugian yang diakibatkan resistensi antimikroba. CDC menyatakan banyak kasus, resistensi antimikroba dapat menyebabkan perpanjangan waktu rawat inap, infeksi yang sulit diobati, kunjungan dokter lanjutan, dan perawatan yang mungkin mahal. Antimikroba yang sudah resisten membutuhkan terapi obat baru dimana tak jarang obat tersebut menimbulkan efek samping dan kerusakan pada organ tubuh (CDC, 2025). Dalam pertemuan Konferensi Internasional Resistensi Antimikroba pada tanggal 12 September 2025, di Jakarta, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof. Dante Saksono Harbuwono memberi pernyataan bahwa dampak ekonomi yang diakibatkan oleh Resistensi Antimikroba diperkirakan mencapai 3,4 triliun dolar pada 2030. Hal ini menjadikan terapi antimikroba menjadi seperti pedang bermata dua karena memiliki manfaat yang besar untuk melawan infeksi namun juga memberikan kerugian yang besar saat terjadi resistensi.

Antimikroba, Si Pedang Bermata Dua
Antimikroba, Si Pedang Bermata Dua

Pencegahan Resistensi Antimikroba

Resistensi antimikroba seharusnya dapat dihindari dengan penggunaan antimikroba dengan bijak dan perilaku hidup sehat.

Berikut adalah cara pencegahan agar meminimalisir terjadinya resistensi antimikroba :

  1. Mengkaji kebutuhan antimikroba, kapan benar-benar diperlukan kapan tidak.
  2. Jika memiliki luka, maka rawat dengan baik. Hindari terjadinya infeksi pada luka. Serta menjaga kesehatan jika memiliki penyakit kronis seperti Diabetes Melitus, penyakit jantung, obesitas, dll.
  3. Cuci tangan. Menjaga tangan tetap bersih merupakan cara terbaik untuk menghidari transmisi kuman.
  4. Lakukanlah vaksinasi. Vaksin dapat mencegah terjadinya infeksi.
  5. Pendampingan PMO (Pengawas Minum Obat) pada pengguna antimikroba jangka panjang.
  6. Mengonsumsi obat antimikroba sesuai resep dokter.

Referensi :

  • CDC. Antibiotic Resistance Threats in the United States, 2019. Atlanta, GA : U.S. Department of Health and Human Services, CDC; 2019. DOI : http://dx.doi.org/10.15620/cdc:82532
  • Ditjen Farmalkes 2024, Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman Nyata Kesehatan Global, Ditjen Farmalkes Kementrian Kesehatan  Republik Indonesia, viewed 13 November 2025, (https://farmalkes.kemkes.go.id/2024/11/resistensi-antimikroba-jadi-ancaman-nyata-kesehatan-global/).
  • CDC, 2025, About Antimicrobial Resistance, U.S. Center For Disease Control and Prevention,   viewed 13 November 2025, https://www.cdc.gov/antimicrobial-resistance/about/index.html
  • Open RN, 2023, Nursing Pharmacology Second Edition, viewed 13 November 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK594998/
  • Ventola C, Lee. 2015. Krisis Resistensi Antibiotik : Bagian 1 : Penyebab dan Ancaman. Pharmacy ang Therapeutic; 40(4):277-283.
  • Wendersteyt, N. V., Wewengkang, D. S., & Abdullah, S. S. (2021). UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI EKSTRAK DAN FRAKSI ASCIDIAN Herdmania Momus DARI PERAIRAN PULAU BANGKA LIKUPANG TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA Staphylococcus Aureus, Salmonella Typhimurium DAN Candida Albicans. PHARMACON, 10(1), 706–712. Https://Doi.Org/10.35799/Pha.10.2021.32758
Tags: antimikroba edukasi pkrs

Pencarian

Artikel Kesehatan

  • Anak
  • Jantung
  • Diabetes
  • Kesehatan Jiwa
  • Kulit dan Kelamin
  • Lansia
  • Nutrisi

Informasi Terbaru

  • Antimikroba, Si Pedang Bermata Dua
  • Selamat dan Sukses, Dokter Spesialis THT-BKL RSA UGM Raih Gelar Doktor
  • Kemenkes Apresiasi RSA UGM sebagai Pionir Wisata Medis dan Bedah Robotik di Indonesia
  • Ruptur/Robekan Kandung Kemih
Universitas Gadjah Mada

Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada

Jl. Kabupaten (Lingkar Utara), Kronggahan, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55291

rsa@ugm.ac.id

0811 2846 042 (IGD, WhatsApp Chat Only)
0811 2548 118 (IGD, Telepon)
0811 2856 210 (Pusat Layanan Informasi, WhatsApp Chat Only)

Artikel Kesehatan

  • Anak
  • Jantung
  • Diabetes
  • Kesehatan Jiwa
  • Kulit dan Kelamin
  • Lansia
  • Nutrisi

Layanan

  • Health Tourism and Wellness
  • Jatayu Homecare and Telemedicine
  • Unit Tranfusi Darah
  • Antarejo
  • Medical Check-Up
  • Klinik Eksekutif
  • Cathlab
  • CPET
  • Pendidikan dan Pelatihan
ARSPTN logo

© Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY