Prosedur sunat atau khitan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan alat kelamin laki-laki. Di Indonesia, prosedur sunat umumnya dilakukan saat usia anak-anak atau bayi, meskipun sunat juga bisa dilakukan pada orang dewasa.
2025
Apakah sunat itu sakit? Bagaimana jika anak takut sakit? Pertanyaan semacam ini mungkin banyak didengar oleh orangtua yang hendak melakukan prosedur sunat kepada anak laki-laki mereka.
Prosedur sunat atau khitan penting dilakukan bagi laki-laki. Namun, karena prosedur ini biasanya dilakukan saat masih anak-anak, tidak sedikit yang cemas atau takut akan rasa sakit. Untuk itu, diperlukan pemilihan anestesi atau pembiusan yang tepat agar tindakan sunat tidak terasa menyakitkan dan anak bisa tetap nyaman.
Prosedur sunat atau yang sering disebut khitan memiliki beragam manfaat bagi kesehatan alat reproduksi laki-laki. Prosedur ini biasanya dilakukan saat masih bayi atau anak-anak dengan cara mengangkat kulup atau kulit yang menutupi ujung penis. Manfaat sunat antara lain adalah mempermudah penis untuk dibersihkan, mengurangi risiko infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual, serta mencegah masalah lainnya pada penis.
Yogyakarta, 17 Juni 2025 — Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) turut mendukung gelaran forum kesehatan internasional bertajuk The 19th Post Graduate Forum on Health System and Policy yang mengambil tema Policy and Action for Sustainable Healthcare 2030. Acara ini diselenggarakan selama dua hari, yaitu pada Selasa—Rabu, 17–18 Juni 2025 di Auditorium Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.
Yogyakarta, 17 Juni 2025 — Direktur Utama Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), Dr. dr. Darwito, Sp.B(K) Onk., memaparkan komitmen dan langkah konkret RSA UGM menuju Green Hospital dalam ajang The 19th Post Graduate Forum on Health System and Policy yang bertajuk “Policy and Action for Sustainable Healthcare 2030”. Forum ini diselenggarakan pada 17–18 Juni 2025 di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.
Oleh: dr. Ali Baswedan, Sp.PD., KEM-D
AGEs (Advanced Glycation End-products) merupakan molekul kovalen beracun yang terbentuk dalam tubuh manusia dan makanan. Dikatakan beracun karena pembentukan AGEs melalui proses glikasi, suatu proses kimia tanpa bantuan enzim. Dalam proses ini gula reduksi (seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, galaktosa) bereaksi dengan gugus amina bebas pada protein, lipid, atau DNA. Hasilnya, terbentuk ikatan kovalen yang bersifat permanen. Berbeda dengan proses glikosilasi yang terkontrol dan dibantu oleh enzim, proses glikasi bersifat acak, tidak terkendali, dan hasil akhirnya berpotensi merusak jaringan.
Yogyakarta, 11 Juni 2025 – Kegiatan Pasar Krempyeng Rebo Wage (BOGE) kembali digelar di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) pada Rabu, 11 Juni 2025. Kali ini, Pasar Krempyeng BOGE mengusung tema “Lansia Bahagia, Indonesia Sejahtera” dalam rangka merayakan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) yang jatuh pada 29 Mei silam. Tema ini dipilih untuk mengedukasi masyarakat, khususnya lansia, tentang pentingnya menjaga gaya hidup sehat.
Oleh: dr. Ignatius Adhi Akuntanto, Sp.T.H.T.B.K.L
“Dok, apakah saya menderita polip hidung?” Ini adalah pertanyaan umum dari pasien yang datang ke poliklinik THT. Pasien sering mengeluhkan hidung tersumbat, baik terus-menerus maupun hilang timbul, dan dapat terjadi pada satu atau kedua sisi hidung. Kondisi ini tentu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan kualitas tidur. Jadi, apa sebenarnya polip hidung itu?
oleh: dr. Yudhanto Utomo, Sp.N
Kekhawatiran terhadap olahraga
Olahraga dicirikan dengan kegiatan fisik yang melibatkan pergerakan otot rangka dengan penambahan intensitas bila dibandingkan dengan intensitas aktivitas harian pada umumnya. Meningkatnya intensitas tersebut diiringi dengan pembakaran kalori/kebutuhan energi tambahan. Banyak orang dengan epilepsi (ODE) dan keluarganya merasa khawatir bahwa kondisi kelahan fisik dan mental akan memicu kekambuhan kejang, salah satunya ketika berolahraga. Hal ini menjadikan sebagian besar ODE mengurungkan niat dan memilih untuk tidak melakukan olahraga. Sehingga, partisipasi ODE untuk berolahraga tergolong rendah, kurang dari 20%.(1) Namun, apakah setiap peningkatan intensitas aktivitas fisik akan meningkatkan risiko kemunculan kejang bagi ODE?
Oleh: Novalina Hayuningtyas Eka Putri, S.Kep.,Ns | Editor: dr. Shinta Retno Kusumowati, Sp. K.J.
Kesehatan mental adalah kondisi di mana seseorang dapat berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari, baik secara emosional, psikologis, maupun sosial. Ini mencakup kemampuan untuk mengelola stres dan tekanan hidup, menjalin hubungan yang sehat, membuat keputusan yang baik, mengenali dan mengelola emosi diri, dan mencapai potensi diri.