Oleh: dr. Fithri Islamiyah Sapuraning Rahayu | dr. Asa Ibrahim Asikin, Sp.OT
Tahukah anda bahwa data dari Scoliosis Research Society (SRS) menyebutkan bahwa 2-3% populasi dunia menderita skoliosis?
Artinya dari setiap 100 orang yang kita kenal, setidaknya 2-3 orang memiliki lengkungan abnormal pada tulang belakang mereka. Di Indonesia dengan populasi sekitar 270 juta orang, diperkirakan 5,4 hingga 8,1 juta orang mungkin menderita skoliosis. Kondisi ini lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan perbandingan sekitar 8 : 1 untuk kasus yang memerlukan perawatan lebih lanjut.
Definisi Skoliosis
Skoliosis adalah kondisi medis dimana tulang belakang memiliki kelengkungan ke arah samping yang tidak normal, seringkali menyerupai bentuk huruf “S” atau “C”. hal ini dapat terjadi kepada siapa saja dengan derajat kelengkungan ringan, sedang hingga berat, yang tentunya akan mempengaruhi kesehatan fisik serta kualitas hidup penderitanya. Perubahan kelengkungan tulang belakang pada skoliosis dapat menimbulkan gejala tinggi bahu dan dada serta pinggang yang berbeda, sering pegal atau nyeri di salah satu sisi tubuh, hingga sesak nafas pada kondisi yang berat.
Skoliosis dapat terjadi lebih sering pada individu dengan faktor risiko tinggi, faktor-faktor ini dapat mencakup genetik, lingkungan dan gaya hidup. Faktor-faktor genetik dan lingkungan adalah faktor yang sulit dikendalikan dan dimodifikasi, sedangkan gaya hidup menjadi faktor yang paling mudah dimodifikasi agar seseorang dapat terhindar dari penyakit skoliosis.
Pengetahuan mengenai bagaimana postur tubuh, aktifitas fisik, nutrisi dan stress dapat memengaruhi kesehatan tulang belakang, memungkinkan individu dan tenaga kesehatan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Identifikasi dini dan manajemen yang efektif dapat mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup penderita skoliosis.
Faktor postur tubuh dan aktifitas sehari-hari
Tulang belakang memegang peranan penting pada anatomi tubuh manusia, selain tempat melekatnya otot, melindungi jaringan syaraf utama punggung, tulang belakang juga berfungsi menopang tubuh. Tulang belakang yang sehat, jika dilihat dari samping memiliki kurva yang lembut, kurva tersebut membantu tulang belakang menyerap tekanan dari pergerakan tubuh. Dari sisi belakang, tulang belakang akan terlihat lurus kebawah ditengah punggung.
Duduk membungkuk atau melengkung ke depan
Ketika seseorang duduk dengan punggung membungkuk atau melengkung ke depan, tulang belakang menerima tekanan berlebihan pada daerah lumbar (punggung bawah). Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan otot dan ligamen yang mendukung tulang belakang atau memicu perkembangan scoliosis.
Duduk dengan bahu tidak seimbang
Duduk dengan satu bahu lebih tinggi dari yang lain atau dalam posisi miring dapat menyebabkan tekanan tidak merata pada tulang belakang dan menyebabkan lengkungan lateral tulang belakang yang menjadi ciri khas skoliosis.
Berdiri dengan berat badan tidak seimbang
Acapkali kita secara tidak sadar berdiri menumpu pada salah satu sisi kaki atau dengan posisi salah satu lutut terkunci, hal ini dapat menyebabkan distribusi beban ke seluruh tulang belakang tidak seimbang dan menjadi pemicu atau memperburuk kelengkungan tulang belakang.
Tidur dengan postur tubuh tidak tepat
Tidur tengkurap atau mengunakan bantal yang tidak mendukung lekukan alami leher dan tulang belakang dapat menyebabkan postur tidur yang buruk. Posisi tubuh miring dengan meletakkan bantal di kepala dan diantara lulut justru direkomendasikan untuk mensejajarkan kembali tulang belakang, tentunya dengan posisi bantal yang mendukung lekukan alami tulang belakang.
Sedentary lifestyle/ “mager” (malas gerak)
Gaya hidup sedentary atau kurang aktifitas fisik dapat melemahkan otot-otot yang mendukung tulang belakang. Otor-otot yang lemah tidak dapat menstabilkan tulang belakang dengan baik.
Penggunaan gadget yang berlebihan
Penggunaan gadget berlebihan dengan posisi duduk lama sambil melihat ponsel atau laptop seringkali menyebabkan postur membungkuk. Tekanan yang terus menerus pada tulang belakang dalam posisi yang tidak seimbang dapat memicu masalah postur dan resiko skoliosis.
Menggunakan tas atau ransel yang terlalu berat
Membawa tas atau ransel yang berat di salah satu sisi tubuh terus menerus dapat menyebabkan ketidakseimbangan beban pada tulang belakang. Faktor ini paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja usia sekolah yang sedang mengalami lonjakan pertumbuhan.
Faktor nutrisi
Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya skoliosis.
Nutrisi berlebih hingga obesitas
Obesitas membuat tulang belakang seseorang bekerja lebih berat saat harus menyangga tubuh dalam posisi duduk maupun berdiri. Bantalan antar tulang dapat menyempit dan terbebani sehingga postur tubuh akan terganggu hingga menimbulkan distribusi beban tubuh yang berbeda dan tidak merata.
Defisiensi kalsium dan vitamin D
Kalsium penting untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang yang kuat, kekurangan kalsium dapat menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh. Vitamin D membantu penyerapan kalsium dari usus, kekurangan vitamin D dapat mengakibatkan penyerapan kalsium berkurang. Gaya hidup “picky eater” (pilih-pilih makanan) yang tidak mendukung konsumsi asupan makanan tinggi kalsium dan kurangnya paparan sinar matahari tinggi vitamin D menyebabkan individu masa kini rentan mengalami defisiensi kalsium dan vitamin D.
Faktor Stress dan kesehatan Mental
Stress berdampak signifikan pada postur tubuh melalui mekanisme ketegangan otot, kebiasaan duduk yang buruk, penurunan aktifitas fisik dan gangguan tidur.
Ketegangan otot
Ketegangan otot dapat menarik tulang belakang keluar dari posisi alaminya, menyebabkan postur yang buruk dan membuat beban kerja tulang belakang tidak merata. Ketika seseorang mengalami stress, mereka cenderung mengadopsi postur tubuh defensif dan tertutup.
Penurunan aktifitas fisik
Stress dan depresi membuat individu memilih untuk banyak berdiam dan mengalami hendaya untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang telah kita bahas sebelumnya, hal ini akan melemahkan fungsi otot dan membuat postur tubuh terganggu.
Gangguan tidur
Stress yang diikuti dengan gangguan tidur, akan memperburuk ketegangan otot dan mengurangi kemampuan tubuh untuk memperbaiki postur yang buruk. Beberapa orang dengan insomnia cenderung tetap melakukan aktifitas sepanjang hari dan malam yang menyebabkan tulang belakang tidak memiliki waktu istirahat dan terus menyangga tubuh dalam waktu lama. Hal ini akan memengaruhi postur tubuh.
Berikut adalah tips-tips singkat yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ini, atau menghindari perburukan pada penderita scoliosis.
Menghindari faktor pencetus
Mencegah lebih baik daripada mengobati, dengan uraian diatas dapat kita pahami hal-hal apa saja yang harus dihindari agar tidak meningkatkan resiko skoliosis.
Olahraga teratur
Olahraga yang teratur dan konsisten dapat menjaga kebugaran dan membantu memperbaiki postur tubuh. Bagi yang ingin memulai dengan langkah kecil, silakan memulai dengan olahraga ringan seperti berenang, plank dan olahraga stretching (peregangan) seperti yoga. Olahraga yang dilakukan secara teratur dan konsisten lebih bermanfaat daripada yang berat namun jarang dilakukan.
Diet seimbang dan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Menjaga berat badan dan diet seimbang memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi namun tidak berlebihan sehingga berat badan terjaga ideal. Bila perlu gunakan suplemen dan menjaga agar tidak sedentary lifestyle/ “mager”.
Melakukan teknik relaksasi sederhana dan manajemen stress berkala
Hendaknya setiap orang memiliki alokasi waktu untuk diri sendiri dan melakukan teknik-teknik relaksasi sederhana, serta manajemen stress. Beberapa aktifitas yang dapat membantu dalam proses manajemen stress antara lain beribadah, melakukan hobby dan berbagi cerita melalui jurnal pribadi atau dengan orang terdekat.
Lakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan terapi segera bila terdeteksi, agar kemungkinan pulih lebih tinggi dan kualitas hidup lebih baik.
REFERENSI
- Korbel K, Kozinoga M, Stoliński Ł, Kotwicki T. Scoliosis Research Society (SRS) Criteria and Society of Scoliosis Orthopaedic and Rehabilitation Treatment (SOSORT) 2008 Guidelines in Non-Operative Treatment of Idiopathic Scoliosis. Pol Orthop Traumatol. 2014 Jul 28;79:118-22. PMID: 25066033.
- Dou Q, Zhu Z, Zhu L, Wang W, Guo L, Ru S, Chen X, Yang L, Lu C, Yan B. Academic-related factors and daily lifestyle habits associated with adolescent idiopathic scoliosis: a case-control study. Environ Health Prev Med. 2023;28:23. doi: 10.1265/ehpm.22-00243. PMID: 37045748; PMCID: PMC10106331.
- Mitsiaki I, Thirios A, Panagouli E, Bacopoulou F, Pasparakis D, Psaltopoulou T, Sergentanis TN, Tsitsika A. Adolescent Idiopathic Scoliosis and Mental Health Disorders: A Narrative Review of the Literature. Children (Basel). 2022 Apr 22;9(5):597. doi: 10.3390/children9050597. PMID: 35626775; PMCID: PMC9139262.