Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif
Hari Gizi Nasional pada awalnya diselenggarakan untuk memperingati dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia dengan berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan tanggal 26 Januari 1951. Sejak saat itu pendidikan tenaga gizi terus berkembang di Indonesia. Di kemudian hari disepakati bahwa hari gizi nasional ditetapkan menjadi tanggal 25 Januari. Peringatan Hari Gizi Nasional pertama kali diadakan oleh Lembaga Makanan Rakyat pada pertengahan tahun 1960-an, dan dilanjutkan oleh Direktorat Gizi pada tahun 1970-an hingga sekarang.
Hingga saat ini Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan gizi, yaitu masih tingginya prevalensi stunting, underweight, wasting, dan anemia pada ibu hamil serta semakin meningkatnya obesitas pada dewasa (Riskesdas, 2018). Berbagai masalah gizi tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup generasi mendatang dan menjadi beban negara akibat dampak masalah kesehatan yang ditimbulkan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang menghambat peluang Indonesia untuk menjadi negara maju. Oleh karena itu berbagai upaya intervensi gizi baik dari pemerintah maupun masyarakat perlu ditingkatkan.
Sejalan dengan upaya tersebut, Hari Gizi Nasional merupakan bagian penting dalam menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bersama membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi. Pada tahun 2019 ini, peringatan HGN salah satunya ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang, yaitu melalui perilaku keluarga sadar gizi.
Seperti Apakah Keluarga Sadar Gizi yang Diharapkan?
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenali dan mencegah masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan:
- Menimbang berat badan secara teratur.
Balita usia 0-5 tahun wajib ditimbang berat badannya setiap bulan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anak, karena pertambahan berat badan anak mencerminkan kesehatan anak. Anak sehat bertambah umur akan bertambah pula berat badannya. Dengan menimbang berat badan secara teratur, penyimpangan pertumbuhan dapat diketahui lebih dini sehingga dapat diatasi sebelum terjadi kondisi stunting atau malnutrisi.
- Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif).
Bayi tidak diberikan makanan atau minuman lain (susu formula, jeruk, madu, air teh, dan tanpa makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, bubur nasi, biskuit dan nasi tim), termasuk air putih sampai usia 6 bulan.
- Makan beraneka ragam.
Makan beranekaragam yang dimaksud adalah makan berbagai jenis bahan makanan terdiri dari makanan sumber zat tenaga (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral) yang memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan. Pengaturan porsi untuk masing-masing sumber bahan makanan disesuaikan dengan panduan Piring Makanku.
- Menggunakan garam
Pada umumnya makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung yodium yang sangat sedikit. Menggunakan garam beryodium untuk keperluan memasak sehari-hari dapat memenuhi kebutuhan yodium bagi tubuh.
- Minum suplemen gizi sesuai anjuran
Balita dan ibu nifas dianjurkan minum kapsul vitamin A, ibu hamil minum Tablet Tambah Darah sesuai anjuran.
Dengan upaya menerapkan perilaku keluarga sadar gizi tersebut, diharapkan berbagai permasalah gizi dapat dicegah, status gizi dan status kesehatan masyarakat menjadi lebih baik sehingga terwujud bangsa sehat berprestasi. (Leiyla Elvizahro, S.Gz / Instalasi Gizi RSA UGM)
Untuk informasi lebih lanjut :
- Humas RS UGM, Email: humas.rsugm@ugm.ac.id