Penulis: dr. Samalalita Rahmatina, Editor: dr. Fita Wirastuti, M.Sc., SpA
Mengenal Pneumonia Pada Anak – Pneumonia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak di dunia. Bersama diare penyakit ini menyebabkan 29% kematian pada anak usia kurang dari 5 tahun, dan menyebabkan kematian 2 juta anak tiap tahunnya. Data Indonesia menunjukkan hasil yang serupa, pneumonia menjadi 14.5% penyebab kematian pada anak kelompok usia 29 hari – 11 bulan. Angka prevalensi pneumonia pada tahun 2020 mencapai 3,4 per 100 balita. Data tahun 2011 – 2021, tingkat kematian balita karena pneumonia cenderung fluktuatif dengan CFR tertinggi di tahun 2013 (1,19%), sementara terendah yaitu CFR 0,08% di tahun 2014 dan 2018.
Mengenal Pneumonia Pada Anak
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, jamur, regurgitasi pada bayi, gangguan neuromuskular atau gatroesophageal reflux (GERD).
Beberapa penyebab pneumonia tersering adalah Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus Influenza type B (HIB), dan Respiratory Syncytial Virus (RSV). Setelah pandemi COVID-19 pneumonia dapat pula disebabkan oleh mycoplasma, yang saat ini sedang meningkat kasusnya di beberapa negara. Penularan pneumonia melalui droplet airborne saat bersin atau batuk.
Perjalanan alamiah pneumonia pada umumnya berawal dari infeksi saluran napas bagian atas yang berlanjut menjadi peradangan pada saluran pernapasan bawah. Saluran napas kita pada dasarnya memiliki beberapa mekanisme proteksi, berupa:
- Penyaring partikel benda asing (debu, mikroorganisme, dll) terdapat pada hidung
- Epiglotis di tenggorokan mempunyai fungsi mencegah aspirasi
- Refleks batuk bertujuan untuk mengeluarkan benda asing
- Mukosa saluran pernapasan mempunyai mekanisme pembersihan
- Sistem imun tubuh dilakukan oleh makrofag dan imun lokal untuk eliminasi dan menetralisir kuman.
Bagaimana tanda dan gejala anak yang menderita pneumonia? Anak yang menderita pneumonia ditandai oleh batuk, disertai napas cepat dan sesak napas.
Bagaimana cara menghitung laju napas pada anak? Yaitu dengan menghitung gerakan naik turunnya dada selama 1 (satu) menit atau 60 detik. Napas cepat pada anak terbagi menjadi beberapa periode usia:
- Usia 2 bulan sampai kurang dari 12 bulan: jika laju napas anak > 50 x/menit
- Usia 12 bulan – 5 tahun: jika laju napas > 40 x/menit
- Usia > 5 tahun: jika laju napas > 30 x/menit
Sementara sesak napas ditandai dengan adanya tarikan dinding dada ke dalam akibat penggunaan otot-otot bantu pernapasan. Kondisi ini pada beberapa anak dirasakan sebagai nyeri perut. Penting untuk diperhatikan, orang tua perlu curiga anak mengalami sesak napas apabila anak batuk disertai nyeri perut. Karena jika sudah terdapat sesak napas maka anak membutuhkan tatalaksana lanjutan.
Pada anak dengan pneumonia juga rentan terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan, hal ini karena saat anak sesak napas makanan atau minuman akan sulit masuk, sementara secara bersamaan kehilangan cairan tubuh melalui penguapan juga semakin besar.
Tanda bahaya pada anak dengan pneumonia jika anak tidak bisa makan minum, muntah, letargis, kejang atau penurunan kesadaran.
Faktor risiko dari pneumonia pada anak adalah:
- Paparan asap: asap rokok, asap pembakaran sampah, asap kayu bakar di dapur, bahkan asap obat nyamuk.
- Imunitas rendah: tidak ASI eksklusif, tidak imunisasi, kondisi imunokompromise (terinfeksi HIV, keganasan atau mengalami gizi buruk).
Komplikasi yang bisa terjadi pada anak dengan pneumonia berupa gagal napas dan sepsis, yang berujung pada kematian.
Mengenal Pneumonia Pada Anak – Pneumonia menyebabkan infiltrat yang meningkat di paru-paru, menumpuk hingga membentuk konsolidasi (pemadatan) paru, yang berlanjut menjadi atelektasis atau penarikan jaringan paru ke arah yang sakit. Jika sudah terjadi hal tersebut maka fungsi paru sebagi tempat pertukaran oksigen dengan karbondioksida akan terganggu sehingga anak akan tampak pucat, kebiruan dan sesak napas. Sementara pneumonia juga dapat menyebar melalui darah, dan menyebabkan terjadinya sepsis pada anak, yang dapat meyebabkan kegagalan multiorgan dan kematian.
Bagaimana cara mencegah terjadinya pneumonia pada anak?
-
Berikan ASI eksklusif:
Karena dalam ASI mengandung antibodi dari berbagai penyakit yang ada di lingkungan ibu dan bayi.
-
Tingkatkan imunitas dengan cara:
- Meningkatkan nutrisi:
Pada anak yang gizi kurang atau bahkan buruk akan menyebabkan imunitas lemah, sehingga mudah terinfeksi penyakit. Gerakan pemerintah terkait peningkatan gizi anak dan pencegahan stunting adalah dengan Isi Piringku dengan Protein Hewani.
Pemberian mikronutrien dan vitamin juga akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian vitamin A, melalui posyandu tiap bulan Februari dan Agustus, penting untuk membantu epitelialisasi mukosa diseluruh tubuh termasuk mukosa saluran napas, sehingga mekanisme proteksi tubuh berlangsung baik.
-
Imunisasi:
Pneumonia termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah pneumonia yang sudah beredar di Indonesia adalah vaksin HIB, vaksin PCV dan vaksin influenza. Saat ini imunisasi HIB dan PCV telah dimasukkan dalam program imunisasi pemerintah, sehingga dapat diakses secara gratis oleh keluarga melalui posyandu dan fasilitas kesehatan. Sementara vaksin influenza masih belum masuk program pemerintah, walaupun sudah bisa diakses dengan mudah secara berbayar.
Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan dapat menyebabkan pneumonia adalah campak, difteri dan pertusis. Difteri dan pertusis menyerang saluran pernapasan sehingga dapat terjadi pneumonia sebagai komplikasinya. Sementara campak merupakan penyakit yang menyerang seluruh mukosa di tubuh, termasuk mukosa saluran napas, sehingga mekanisme proteksi pada saluran napas terganggu dan terjadi pneumonia. Vaksin campak, difteri dan pertusis juga telah masuk dalam program pemerintah dan dapakt diperoleh secara gratis melalui posyandu dan fasilitas kesehatan.
-
Tidak berbagi peralatan makan.
Berbagi peralatan makan akan memudahkan penularan kuman dari individu satu ke yang lain, sehingga sebaiknya gunakan peralatan makan masing – masing saat makan bersama.
-
Hindari paparan asap
Paparan asap yang masih sering dilakukan di masyarakat adalah asap rokok dan asap pembakaran sampah. Asap rokok menyebabkan anak menjadi second smoker yang justru lebih berisiko karena juga menghirup residu rokok, selain itu asap juga akan mengeringkan mukosa saluran anak yang seharusnya basah, sehingga fungsi proteksi mukosa saluran napas terganggu. Hal yang sama untuk asap pembakaran sampah rumah tangga. Sehingga penting bagi masyarakat untuk mulai mengolah sampah dengan cara lain, agar anak-anak terhindar dari pneumonia berulang.
-
Melaksanakan pola hidup bersih:
- Cuci tangan
Cuci tangan merupakan perilaku yang sederhana dan mudah dilakukan. Saat ini masyarakat kita telah biasa melakukan cuci tangan, namun sayangnya masih jarang menggunakan sabun. Mencuci tangan dengan sabun sebanyak 6-8x sehari terbukti mampu menurunkan kejadian infeksi, sehingga penting untuk dibiasakan.
-
Etika batuk
Batuk merupakan salah satu refleks sebagai mekanisme proteksi tubuh, demikian juga dengan bersin. Kedua refleks dapat sebagai jalan penularan kuman apabila tidak dilakukan dengan benar. Etika batuk/bersin dengan cara: Gunakan tissue atau lengan untuk menutup mulut dan hidung saat kita batuk/bersin. Buang tissue di tempat sampah dan segera cuci tangan.
-
Tidak meludah sembarangan
Meludah sembarangan masih jamak dilakukan oleh masyarakat. Hal ini juga menjadi penularan droplet penyakit, sehingga penting untuk tidak dilakukan lagi.
Referensi:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2023) Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Pneumonia Dan Diare 2023- 2030. Jakarta, Indonesia.
- Supriyatno, B. (2006). Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak. Sari Pediatri, 8(2), 100–106. https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/803/738
- Pneumonia in children. (2022, November 11). https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia
- Pneumonia. (2019, November 7). https://www.who.int/health-topics/pneumonia#tab=tab_1