Puasa ternyata memberi banyak manfaat untuk kesehatan tubuh, termasuk menjaga kesehatan otak dan saraf kita. Selama ini, beberapa penyakit saraf diketahui dapat menyebabkan kecacatan (disabilitas) dan kematian pada orang-orang usia lanjut. Beberapa penelitian membuktikan bahwa puasa dapat membantu menjaga kesehatan otak dan saraf kita.
Orang yang berpuasa akan mengalami adaptasi metabolik di otak yang akan memicu timbulnya biogenesis mitokondria, yaitu suatu proses pembentukan mitokondria baru. Mitokondria juga akan bertambah berat massanya sebagai kompensasi terhadap kebutuhan metabolik yang meningkat. Dengan meningkatnya jumlah mitokondria dan bertambah beratnya massa mitokondria ini akan menghasilkan peningkatan pembentukan energi di dalam sel.
Puasa bermanfaat bagi kesehatan kita, bahkan pada orang-orang yang menderita penyakit saraf pun puasa juga memberikan manfaat bagi pemulihan penyakitnya. Puasa dapat menurunkan senyawa oksidatif di tingkat sel yang diduga dapat memperburuk penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), yaitu suatu penyakit saraf yang menyebabkan kelemahan otot-otot penderitanya.
Puasa juga dapat menurunkan frekuensi kejang pada penderita epilepsi. Selama ini diet tinggi ketogenik diterapkan sebagai terapi pengobatan pada penderita epilepsi. Diet ketogenik merupakan diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Puasa dapat mencegah kejang pada penderita epilepsi melalui mekanisme yang membuat tubuh penderita epilepsi seolah-olah seperti sedang diet ketogenik. Selama berpuasa, glukosa darah menjadi rendah. Kebutuhan energi didapat dari pemecahan lemak menjadi keton, yang dapat melewati sawar darah otak, untuk digunakan menjadi sumber energi alternatif pengganti glukosa. Penggunaan energi yang dominan bersumber dari keton pada penderita berpuasa ini menyerupai diet ketogenik yang menganjurkan diet tinggi keton sebagai terapi penunjang epilepsi.
Penderita Parkinson juga mendapat manfaat dari berpuasa. Penelitian membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan jumlah faktor neurotropik di otak, mengurangi tremor, dan mencegah penurunan dopamin lebih lanjut, yaitu suatu senyawa di otak yang jumlahnya sangat menurun pada penderita Parkinson.
Pada pasien pasca stroke, puasa dapat meringankan gangguan di otak akibat penyumbatan pembuluh darah. Hal ini dapat terjadi melalui mekanisme bertambah baiknya metabolisme glukosa dan mekanisme penurunan tekanan darah pada orang yang berpuasa. Jumlah sel-sel otak yang mengalami gangguan akan semakin berkurang karena mengalami perbaikan, sehingga kecacatan akibat stroke diharapkan akan semakin membaik serta mencegah risiko stroke berulang.
Puasa dapat meningkatkan kemampuan memori penderita Alzheimer. Penelitian menunjukkan bahwa mitokondria yang rusak pada penderita Alzheimer mengalami perbaikan lebih cepat setelah berpuasa. Mitokondria yang membaik ini menghasilkan energi ATP yang lebih banyak, sehingga metabolisme sel dapat meningkat. Perubahan ini juga diikuti oleh meningkatnya keseimbangan kalsium di tingkat seluler, yang diperlukan untuk transmisi listrik antar-sel. Meningkatnya transmisi listrik antar sel-sel menyebabkan lebih cepatnya kemampuan otak bekerja. Memori yang merupakan proses kompleks di otak pada akhirnya akan bertambah baik. Gejala kepikunan yang dialami penderita diharapkan tidak bertambah berat.
Sebagian besar penderita penyakit di bidang saraf sebagian berasal dari kelompok orang usia lanjut. Bagi lanjut usia yang ingin puasa pada prinsipnya tidak ada larangan, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan secara cermat sebelum melaksanakan ibadah puasa. Hal ini dengan mempertimbangkan kondisi fisik dan fungsi tubuh lansia yang sudah mulai menurun bila dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda usianya.
Saat sahur lansia dianjurkan untuk minum air yang cukup guna memenuhi kebutuhan air selama siang hari saat berpuasa. Buah-buahan atau jus buah juga sebaiknya rutin dikonsumsi di antara waktu berbuka sampai sebelum tidur. Hal ini untuk menjamin tercukupinya kebutuhan vitamin dan tambahan asupan cairan yang hilang saat berpuasa, sehingga risiko dehidrasi dapat dihindari. Tips lain yang lebih penting adalah dengan mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka jika telah tiba waktunya. Hal ini bermanfaat untuk menghindari kekurangan nutrisi dan cairan yang berlebih selama berpuasa.
Lansia yang berpuasa dianjurkan tidak mengkonsumsi teh atau kopi saat sahur, karena dapat merangsang pengeluaran urin yang berlebih saat berpuasa sehingga mengakibatkan kehilangan air dan mineral yang berlebih. Bagi lansia yang ingin mengkonsumsi minuman tersebut disarankan mengkonsumsinya saat berbuka dengan porsi yang lebih sedikit daripada biasanya. Konsumsi makanan berminyak dan berlemak juga sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan kolesterol.
Bagi penderita penyakit saraf yang akan melaksanakan ibadah puasa, ada baiknya berkonsultasi dulu dengan dokter. Pada kondisi tertentu dokter akan memberi tambahan suplemen untuk mencegah kekurangan mikronutrien selama berpuasa. Bagi penderita yang harus minum obat teratur di jam-jam tertentu, seperti pada penderita epilepsi berat, mungkin disarankan untuk berpuasa setengah hari dulu sampai saatnya waktu minum obat di siang hari, kecuali jika penyakitnya memungkinkan untuk minum obat hanya di saat sahur dan buka saja. Bagi lansia yang kondisinya agak lemah, kadang-kadang disarankan untuk berpuasa selang-seling sehari untuk menghindari dehidrasi. Cara berpuasa seperti ini dapat menjaga kondisi tubuh tetap fit serta memberi kesempatan tubuh untuk mengembalikan kebugarannya sebelum berpuasa kembali di hari berikutnya.
dr. Fajar Maskuri, Sp.S
Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit UGM